PELAIHARI, Poros Kalimantan – Pada 29 Januari 1950, Jenderal Sudirman meninggal dunia. Sang pahlawan revolusioner itu tutup usia di Magelang, Jawa Timur.
Sejumlah pertempuran telah menyita kesehatan sang jenderal. Terutama pemberontakan di Madiun. Pada 1948 ia didiagnosis mengidap tuberkulosis (TBC).
Di November 1948, paru-paru kanannya dikempeskan sebab ditengarai sudah mengalami infeksi. Dirinya terus berjuang melawan TBC dengan melakukan pemeriksaan di Panti Rapih, Yogyakarta.
Kemudian ia dipindah ke sebuah rumah di Magelang, Desember 1949. Hingga ia meninggal dunia dan disemayamkan di Masjid Gedhe Kauman.
Jauh sebelum itu, ia adalah jenderal yang ditakuti dan berjasa memerdekakan Indonesia. Lahir 24 Januari 1916 di Purbalingga Jawa Tengah, ia merupakan keturunan Wedana Rembang.
Masa dewasanya, ia mengajar di sebuah sekolah dasar Muhammadiyah. Ia kemudian mengabdikan dirinya jadi guru HIS Muhammadiyah, Cilacap dan pemandu di organisasi Pramuka Hizbul Wathan.
Di zaman penjajahan Jepang, tepatnya 1944, Sudirman bergabung dengan tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor. Ia dijadikan sebagai komandan (daidanco) dan dilatih bersama prajurit berpangkat serupa.