PELAIHARI, Poros Kalimantan – Limbah arang yang banyak terdapat di Desa Ranggang, Kabupaten Tanah Laut (Tala) jadi sumber inspirasi Anton Kuswoyo.
Dosen Politeknik Negeri Tanah Laut (Politala) itu membuat limbah arang jadi pupuk organik. Karena hasilnya itu, ia meraih penghargaan nominasi 5 terbaik Fertinnovation Challenge yang diberikan PT. Pupuk Indonesia.
Karyanya itu jadi satu-satunya Regional Kalimantan yang berhasil meraih penghargaan dari perusahaan BUMN tersebut. Ia menerima insentif Rp5 juta.
Asal tahu saja. Desa Ranggang adalah desa sentra pengrajin arang terkenal di Kalsel. Mayoritas warganya pengrajin arang sejak zaman penjajahan Jepang.
Konon, mereka membuat arang karena diajari oleh penjajah Jepang di masa itu.
Proses pembuatan arang sendiri dilakukan pada tungku raksasa dari tanah liat. Tungku itu menyerupai keong. Isinya belasan kubik kayu diolah jadi arang.
Proses pembakaran tidak sempurna yang terjadi di dalam tungku raksasa ini mampu mengubah kayu jadi arang. Suhu pembakaran mencapai lebih 500 derajat celcius.
Dari proses itu, menghasilkan limbah arang berupa serbuk arang. Produk arang yang laku dijual bentuknya bongkahan. Sedangkan yang sudah hancur, jadi serbuk atau serpihan, tak laku dijual.
Anton lantas membuat riset kecil-kecilan; bagaimana bikin limbah arang itu jadi bermanfaat? Diolahnya jadi pupuk organik, ditambah pupuk kandang.