Saya optimis NU Kalsel akan ada pembaharuan kelembagaan, pembaharuan visi misi , serta pembaharuan gerakan. Dengan karakternya, jika misal di lingkungan NU itu masih ada kaum pragmatis, tentu ia akan mudah mengatasinya.
Sejumlah bengkelai yang hingga kini belum berhasil diselesaikan oleh PWNU Kalsel sebelumnya, tentu semuanya akan menjadi prioritas kerja bagi seorang Hasib Salim dalam mengemban amanah organisasi dan kepemimpinan NU di Banua ini.
Ditunjuknya Hasib Salim untuk menakhodai jam’iyah NU di banua ini tak ada kaitan dengan polarisasi politik mana pun. Tak ada kaitan dengan intrik politik yang muncul dan berkembang di luar urusan NU. Hasib Salim dipercaya karena semata hanya untuk menyelamatkan NU, semata urusan nahdliyin.
Ia pun sudah melepaskan sejumlah jabatan di institusi-institusi politik. Bahwa yang bersangkutan masih bertahan menjadi wakil rakyat di DPRD Kalsel, itu ada plus minus-nya. Minusnya, ia akan dicap masih berpolitik, bisa saja ini dianggap bertantangan dengan AD/ART NU. Plusnya, ia bisa berkarya untuk kemajuan NU.
Posisinya sebagai anggota DPRD memudahkan bagi NU melakukan gagasan pembangunan, khususnya di lingkungan NU. Misalnya mengusahakan pendirian rumah sakit NU, atau minimal mendirikan klinik kesehatan. Kemudian bisa menyelesaikan aset-aset (tanah) NU yang terbengkelai, yang tersebar dan belum terurus dengan baik. Memperkuat SDM banua, dan sebagainya. Maka itu saya masih responsive pada dia dalam hal kepemimpinan NU untuk saat ini.
Memang, dalam hal hubungan antar manusia, saya bisa saja berbeda pendapat dengannya. Namun dalam hal watak dasar semangat memajukan NU, saya punya mainstream yang sama. Terlebih relasi kami sudah berlangsung sejak zaman masing-masing orang tua kami sama-sama active di Partai NU di tahun 1960 hingga awal tahun 1970-an.
Hal yang unik dan tak bisa kami lupakan, para orang tua kami di zaman active di Partai NU pernah sama-sama berurusan dengan aparat negara, bahkan sempat “nginap di hotel prodeo” beberapa hari. Ini memang watak buruk penguasa orde baru, yang bisa saja menahan orang tanpa proses hukum. Model-model begitu banyak sekali melanda para aktivis NU tempo doeloe.
Apa yang kini dipunyai oleh seorang Hasib Salim bisa dikatakan merupakan modal dasar buat menata kembali jam’iyah NU, yang memang masih jauh tertinggal dibanding dengan jam’iyah NU di Pulau Jawa. Maka itu, lupakanlah perbedaan politik. Berkaryalah dengan bukti yang nyata buat umat. Tinggal bagaimana Sahabat Hasib Salim merapikan beragam opini dan aspirasi yang berkembang di lingkungan jam’iyah NU, baik yang berada dalam structural pengurus mau pun yang berada di eksternal pengurus.
Langkah terbaik dan brilliant adalah jika Sahabat Hasib Salim mau memperlihatkan karya nyatanya buat warga nahdliyyin dan umat Islam di banua ini. Misalnya menyelesaikan rehabilitasi Kantor PWNU yang ada di Jalan Hasanuddin HM sebagai prioritas utama. Selain itu berkarya dalam bentuk lain, seperti pendirian klinik kesehatan, jika memang belum mampu membangun rumah sakit.
Pendirian SMK di tiap kabupaten, yang dananya bisa menggunakan anggaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Untuk urusan perguruan tinggi sudah tak lagi menjadi beban pengurus, meski sesungguhnya banyak hal yang belum dipenuhi sesuai ketentuan.
Jika hal seperti ini bisa dilakukan, maka suara-suara minor yang mungkin muncul dari berbagai sudut lorong pada akhirnya akan sirna sendiri. Karena suara-suara minor itu dijawab melalui karya nyata, amal usaha. Dengan potensi serta relasi yang luas dari seorang Hasib Salim, saya yakin ia bisa mengatasinya, sehingga sengkerut yang hingga hari ini belum teratasi dengan baik, bisa dieliminasi.
Apalagi ia tak sendiri, ia sudah punya tim khas. Ini merupakan pertanda, angin segar yang terus berembus dengan sejuk dari berbagai mata angin. Maka itu, harusnya jam’iyah NU bisa semakin Maju dan Berjaya. Apalagi dalam hitungan waktu yang sangat dekat, NU akan memasuki Era Satu Abad tahun 2026 mendatang.