Hayatul Mursyida, 31 tahun, jatuh cinta kepada puisi. Sudah punya kumpulan puisi sendiri. Dengan puisi, perempuan asal Tanah Laut ini berbicara banyak hal.
PELAIHARI, Poros Kalimantan – Sudah sering didengar jatuh cinta bisa mendorong orang menulis puisi. Namun bagi Hayatul Mursyida, puisi telah membuatnya jatuh cinta; cinta kepada puisi itu sendiri.
Lahir di Desa Ambawang, Kecamatan Batu Ampar, Pelaihari pada Oktober 1992 silam. Perempuan 31 tahun itu mencintai puisi sejak lama. Walaupun begitu, agar bisa merangkai puisi yang menurutnya indah, perlu perjuangan berdarah-darah.
Hasilnya adalah kumpulan puisi pertamanya berjudul “Titisan Tanah Laut”. Di dalamnya, termaktub 90 puisi yang berbicara banyak hal. Tak terkecuali seputar daerahnya.
“Sebagian besar yang saya tulis di dalam buku itu tidak lain adalah kecintaan saya terhadap Kabupaten Tanah Laut,” ujarnya.
Perempuan lulusan S2 jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia ini juga membagi waktunya, antara menulis puisi dan mengajar di STAI Al Falah Banjarbaru.
“Jika tak sedang mengajar, saya gunakan waktu buat merangkai puisi,” ungkapnya.