Banyak kasus yang menunjukkan fenomena ini. Misalnya, orang tua yang menghibahkan hartanya jadi tanah wakaf untuk kepentingan umum. Tapi, setelah orang tua itu meninggal, ahli warisnya menarik lagi harta yang dihibahkan.
Dalam dunia politik, contohnya saat para politisi memberi bantuan dalam berbagai bentuk selama masa kampanye. Tetapi ketika tidak terpilih, bantuan ditarik kembali.
Dalam konteks sehari-hari, ungkapan ini sering digunakan dengan nada bercanda, tapi maknanya tetap serius.
Meski nada bercanda, ungkapan ini mengandung pesan berbagi, memberi, dan menyumbang dengan tulus.
Ungkapan Buruk Sikuan ini dikutip melalui buku berjudul “Tatarang Tangguk” karya Noorhalis Majid, seorang penulis dan politikus Kalsel.
Reporter : Akbar Rizaldi
Editor : Musa Bastara