JAKARTA, Poros Kalimantan – Bank Rakyat Indonesia (BRI) berhasil menutup Tahun 2022 dengan kinerja gemilang. Dengan strategic response yang tepat, BRI Group berhasil mencatatkan kinerja positif, dengan mencetak laba Rp51,4 triliun pada akhir tahun lalu. Hal ini terungkap saat pemaparan kinerja BRI Kuartal IV 2022 yang diselenggarakan di Jakarta, Rabu (8/2/2023) tadi.
“Alhamdulillah, kami selalu didampingi kawan setia, Si Untung dan Si Slamet sepanjang Januari hingga Desember 2022. BRI Group berhasil mencatatkan laba bersih senilai Rp51,4 triliun, tumbuh 67,15 persen secara year on year. Dengan total aset tumbuh double digit sebesar 11,18 persen menjadi Rp1.865,64 triliun,” ujar Direktur Utama BRI Sunarso.
Sunarso mengungkapkan, kunci keberhasilan BRI dalam menjaga bottom line kinerja perusahaan. Pertama, BRI berhasil melakukan efisiensi utamanya melalui menekan biaya dana (Cost of Fund) melalui perbaikan funding structure peningkatan dana murah (CASA).
Efisiensi tersebut tercermin dari rasio BOPO, CER dan CIR yang membaik dibandingkan periode sama tahun lalu. BOPO tercatat 69,10 persen, semakin baik dibandingkan BOPO pada akhir 2021 sebesar 78,54 persen. Rasio CER juga tercatat semakin membaik dari 50,25 persen di akhir 2021 menjadi 48,16 persen di akhir 2022. Juga CIR semula 48,56 persen menjadi 47,38 perse, yang artinya semakin efisien.
Di samping itu, membaiknya kualitas kredit yang disalurkan memberikan dampak positif terhadap efisiensi yang dilakukan oleh perseroan. Dampaknya, BRI berhasil menurunkan Cost of Credit dari 3,78 persen di akhir 2021, menjadi 2,55 persen pada akhir 2022.
Faktor kedua yang memberikan kontribusi besar terhadap kinerja perseroan yakni pendapatan berbasis komisi atau fee based income yang tumbuh double digit yang merupakan buah dari transformasi digital.
“Pendapatan berbasis komisi memberikan kontribusi yang masif terhadap kinerja BRI secara keseluruhan. Dimana, pada akhir Desember 2022 BRI berhasil menghimpun pendapatan berbasis komisi senilai Rp18,80 triliun atau tumbuh 10,16 persen yoy. Sehingga fee to income ratio mencapai 11,37 persen, “benernya.
Sunarso menjelaskan, faktor ketiga BRI terus mengoptimalkan upaya recovery. Hal tersebut tercermin dari Recovery Rate BRI tahun 2022 yang mencapai sebesar 59,12 persen. Sehingga pendapatan recovery BRI pada akhir 2022 meningkat sebesar 33,59 persen year on year.
Pendapatan bunga, khususnya besaran NIM (Net Interest Margin) bukan merupakan faktor utama yang mempengaruhi kinerja, khususnya pencapaian laba BRI.
“Di samping efisiensi yang dilakukan, berdasarkan data historis BRI tak ditemukan korelasi positif antara besaran NIM dengan pencapaian laba BRI. Namun faktor utama yang mempengaruhi laba BRI adalah pertumbuhan volume kredit dan juga peningkatan jumlah nasabah yang dilayani, terutama nasabah mikro,” akunya.
Hal tersebut ditunjukkan dari data NIM BRI (bank only) pada Tahun 2008 sebesar 10,18 persen, dengan pencapaian laba hanya sebesar Rp5,96 triliun. Saat itu jumlah nasabah pinjaman sekitar 5 juta dan volume kredit hanya sebesar Rp161,06 triliun. Lain halnya pada Tahun 2022, laba BRI (bank only) justru meningkat pesat menjadi Rp47,83 triliun disaat NIM BRI telah turun 33,20 persen dari posisi Tahun 2008.
Peningkatan laba BRI Tahun 2022 tersebut akunya, disebabkan pertumbuhan jumlah nasabah mikro yang telah naik lebih dari 3 kali lipat menjadi lebih dari 15 juta nasabah. Demikian halnya volume kredit telah tumbuh lebih dari 6 kali lipat menjadi Rp1.029,80 triliun jika dibandingkan dengan posisi tahun 2008.
Dana Pihak Ketiga dan Kredit Mikro tumbuh Double Digit
Sunarso menjelaskan, terkait penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK), BRI juga berhasil mencatatkan kinerja positif. Hingga akhir Kuartal IV 2022, DPK BRI tercatat tumbuh 14,85 persen yoy menjadi sebesar Rp1.307,88 triliun. Dana murah (CASA) melesat menjadi pendorong utama pertumbuhan DPK BRI, dimana secara year on year meningkat sebesar 21,46 persen. Secara umum saat ini proporsi CASA BRI tercatat 66,70 persen, meningkat signifikan dibandingkan dengan CASA pada periode yang sama tahun lalu yakni sebesar 63,08 persen.