Berawal dari kejadian tersebut jelasnya, Dinas Perikanan (Diskan) Kabupaten Banjar dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) kini lebih aktif memberikan informasi. Baik terkait kegiatan penyuluhan, imbauan dan lainnya.
Dimana selalu disampaikan baik melalui pesan singkat WhatsApp, surat edaran, media online, media cetak dan pengumuman melalui radio, agar diketahui para pembudidaya ikan di Kabupaten Banjar.
Pemerintah Kabupaten Banjar sudah memberikan perhatian yang serius terhadap pembudidaya ikan dengan selalu berkoordinasi, melalui Dinas Perikanan Kabupaten Banjar.
Bahkan, ketika harga ikan nila anjlok dampak pandemi Corona virus disease (Covid-19) melanda Kabupaten Banjar.
“Dinas Perikanan pun terus berupaya membantu,” akunya.
Salah satu upaya Dinas Perikanan Kabupaten Banjar yakni, dengan mengadakan pembagian ikan gratis bagi masyarakat terdampak pendemi Covid-19, di tengah penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) beberapa bulan lalu.
Sejak Covid-19 melanda Kabupaten Banjar pada Maret–April 2020 lalu hingga penerapan PSBB. Dijelaskan Refki, bahwa harga ikan nila di Pembudidaya sempat anjlok di harga Rp 22 ribu sampai Rp 23 ribu perkilogram.
“Jadi, melalui program pembagian ikan gratis tersebut, Dinas Perikanan dapat meningkatkan harga jual ikan kami. Dengan cara membeli stok ikan yang ada di pembudidaya dengan harga standar. Sehingga stok ikan kami yang terlalu banyak dapat berkurang dan harga pun mulai kembali normal, hingga berkisar di Rp 27 ribu perkilogramnya,” ungkapnya.
Tak hanya sampai disitu, bahkan Pemkab Banjar melalui Dinas Perikanan pun kembali menawarkan kepada Pokdakan Melati, sebagai penyedia ikan gratis tersebut. Akan tetapi persediaan ikan nila dari Pokdakan Melati tidak mencukupi.
“Pokdakan Melati yang beranggotakan 11 orang pembudidaya ikan sempat menyediakan sekitar 2 ton ikan nila untuk satu kali program Dinas Perikanan. Jadi, total stok ikan nila yang berhasil disediakan selama program tersebut berlangsung sekitar 40 ton stok ikan yang berhasil kami jual, dan berdampak meningkatnya harga ikan nila,” jelas Ketua Pokdakan Melati.
Dikatakan Rifqi, seiring berjalannya waktu, kalau ditotal jumlah jala apung yang terbentang di Desa Sungai Alang kini sudah berjumlah sekitar 400 Jala Apung.
“Tak hanya ikan Nila saja waktu itu dibudidayakan. Selain itu juga ada ikan Mas, Bawal, Patin dan ikan Lele. Karena pangsa pasarnya lebih mudah ikan Nila, oleh karena itu kami fokus dibudidaya ikan nila saja. Dulu sebelum adanya kerjasama antar Dinas terkait, kami hanya memiliki sekitar 100 keramba, dimana perbandingannya 10 keramba sama dengan 1 jala apung yang berukuran 5 kali 7 meter ini,” tuturnya.
Pihaknya juga mengucapkan banyak terimakasih, kepada Dinas Perikanan Kabupaten Banjar dan Kementerian Kelautan dan Perikanan, telah memberikan support selama ini.
“Terutama pembudidaya ikan nila di Kabupaten Banjar, sangat diperhatikan sekali oleh Dinas Perikanan Kabupaten Banjar dan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Sehingga usaha bisnis kami berkembang,” tegasnya.(zai)