PELAIHARI, Poros Kalimantan – Peristiwa Mandor Berdarah terjadi 28 Juni 1944. Saat itu Jepang membantai ribuan orang Indonesia di Pontianak, Kalimantan Barat.
Pembantaian dilatarbelakangi desas-desus yang terdengar oleh Jepang. Polisi Rahasia Jepang Kaigun atau Tokkeitai mendengar adanya persekongkolan pemberontakan melawan Jepang.
Pada masa itu, kebencian rakyat Indonesia terhadap Jepang memang memuncak. Selama pendudukan Jepang, rakyat dipaksa bekerja (kerja rodi), disiksa jika tak menurut, kelaparan, hingga tak punya pakaian.
Mereka pun melakukan penyerangan dan pembantaian di Kalimantan Barat dan Kalsel. Harapannya pemberontak bisa punah dan menguasai kekayaan bumi.
Sayangnya, masyarakat sipil juga jadi korban pembantaian. Diperkirakan, 21.037 orang jadi korban. Tapi pihak Jepang mengeklaim korbannya hanya 1000 orang saja.
Dalam buku Nishi Buroneo Jumin Gyakusastsu Jiken: Kensho Pontianan Jiken yang terbit pada tahun 1987, menuliskan angka korban 1.486 orang.
Sementara buku Tadjungpura Berjuang (1970) menuliskan, total 1.000 orang dari 9 titik makam kuburan massal di Mandor.