BANJARBARU, Poros Kalimantan – Stunting masih menjadi masalah kesehatan bagi anak-anak di Indonesia. Tak terkecuali Banjarbaru.
Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Kementerian Kesehatan prevalensi stunting di tahun 2020 mencapai 14,19 persen. Meski terus turun dalam tiga tahun terakhir, pemko terus berupaya menekan angkanya.
Ketua Tim Konvergensi Percepatan Penurunan Stunting (KP2S) Banjarbaru, Kanafi menerangkan. Mereka menargetkan angka stunting turun jadi 10 persen sampai 2024 nanti. 4 persen lebih sedikit dari target nasional, yakni 14 persen.
“Penurunan angka prevalensi stunting merupakan indikator kerja utama Pemko Banjarbaru. Yaitu dalam meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang sejahtera dan berakhlak mulia,” jelasnya dalam Rembuk Stunting Kota Banjarbaru, Kamis (2/9/2021).
Wali Kota Banjarbaru Aditya Mufti Ariffin menuturkan. Dalam rangka mewujudkan sumber daya manusia yang sehat, cerdas, dan produktif, serta pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Maka perlu dilakukan percepatan penurunan stunting yang dilaksanakan secara holistik, integratif, dan berkualitas.
“Penurunan stunting merupakan program nasional sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024,” jelasnya.