![]() |
BERIKAN MATERI – Aktivis senior Budi Dayak Kurniawan, memberikan materi saat dialog publik dengan tajuk, Peran Generasi Millenial dalam Menghadapi Tantangan Era Revolusi Industri 4.0. |
BANJARMASIN, Poros Kalimantan – Dewan Pimpinan Cabang Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (DPC PMKRI) Cabang Kota Banjarmasin. Menggelar pelantikan pengurus periode 2019-2020, di Aula Sesana Bakti Gereja Hati Yesus yang Maha Kudus, Jalan Veteran, Sabtu (21/12) kemarin.
Acara pelantikan ini diiringi dengan dialog publik dengan tajuk, Peran Generasi Millenial dalam Menghadapi Tantangan Era Revolusi Industri 4.0.
Komda Region VIII PMKRI, Raja Ivan Sihombing mengatakan, generasi millenial khususnya aktivis mahasiswa harus mampu berfikir kritis di era revolusi Industri 4.0.
“Generasi millenial menghadapi tantangan yang tidak pernah dihadapi oleh generasi sebelumnya. Yakni semakin masifnya teknologi digital, dalam sendi kehidupan manusia,” ungkap Raja.
Ketua KNPI Kota Banjarmasin, Muhammad Imam Satria Jati berpendapat, sepanjang perjalanan sejarah bangsa Indonesia tidak terlepas dari peran pemuda.
“Kita sama ketahui bahwa sumpah pemuda merupakan salah satu tonggak utama dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia. Sebab Sumpah Pemuda sebagai bentuk penegasan cita-cita berdirinya Negara Indonesia,” ungkapnya.
Advokat muda ini menilai, di era kekinian pemuda punya peran strategis dalam mengisi pembangunan. Namun potensi dan perannya perlu dikembangkan. Dengan cara penyadaran pemberdayaan dan pengembangan SDM.
Sementara itu, aktivis senior Budi Dayak Kurniawan menjelaskan, awal revolusi Industri pertama dimulai ketika teknologi mesin uap pertama kali ditemukan.
“Dampaknya adalah kebutuhan Batubara sebagai sumber energi semakin meningkat, termasuk kerajaan Belanda pada masa itu, oleh karena itu Belanda melakukan pertambangan pertama di indonesia di Pengaron Kabupaten Banjar pertengahan abad ke 19,” ucap wartawan senior ini.
Budi menyebut, pembukaan tambang di Pengaron oleh kerajaan Belanda menjadi peletus perang Banjar.
“Salah satu tokoh perang Banjar adalah Pangeran Antasari, nah beliau bisa dikatakan sebagai aktivis anti tambang pertama dalam sejarah Indonesia, karena menolak dengan tegas tanah airnya dikeruk Belanda,” urai mantan aktivis mahasiswa era orde baru ini.
Baginya Revolusi Industri 4.0 yang menjadi atensi banyak pihak memiliki kelemahan karena banyak hal terdistrupsi dan manusia mulai kehilangan etik dan moralnya.
“Bagaimana kita khususnya pemuda merespon Revolusi Industri 4.0 adalah dengan menciptakan dan menggunkan teknologi untuk kepentingan banyak orang, dan melalui teknologi kita menjaga kerukunan dan semangat toleransi,” tutupnya.(zai)