JAKARTA, Poros Kalimantan – Hidup di sekitar perkampungan nelayan di daerah Juata Laut, Tarakan, Kalimantan Utara, membuat Sri Wahyuni tidak asing dengan aktivitas rentenir. Pasalnya, para nelayan di lingkungan tempat tinggalnya sudah terbiasa melakukan pinjaman ke rentenir. Bunga yang tinggi dan mencekik pun harus dilakukan masyarakat nelayan di Juata Laut untuk meminjam uang kepada rentenir.
“Banyak yang mengeluh, pinjam ke rentenir, bank keliling. Banyak Bunganya ngeri, mencekik. Tapi ya memang tidak ada pilihan. Sementara mereka memang perlu modal,” jelas Sri tentang kondisi masyarakat nelayan selama ini.
Namun, sejak Holding Ultra Mikro dari BRI Group terbentuk dan pembiayaan ultra mikro (UMi) mulai masuk ke Tarakan, khususnya Juata Laut, kebiasaan itu sedikit demi sedikit berhasil dikurangi. Sri yang menjadi kepanjangan tangan pembiayaan ultra mikro dari BRI, atau Mitra UMi untuk wilayah Juata Laut, Tarakan.
Bermula pada Desember 2021, Sri mulai mengenalkan sistem pinjaman UMi kepada masyarakat Juata Laut di Tarakan. Cicilannya dinilai ringan dan fleksibel, serta memudahkan bagi masyarakat yang selama ini sudah terbiasa dengan bunga tinggi mencekik.
“Saya sebelumnya hanya nasabah biasa. Lalu ditawarkan oleh BRI menjadi Mitra UMi, karena di sekitar saya nelayan semua. Waktu ditunjuk, saya kaget. Tapi saya ambil juga kesempatan ini,” ujarnya.
Sri bercerita, kehidupan nelayan penuh dinamika. Tak sekali dua kali mereka pulang tanpa membawa tangkapan. Namun, saat hendak pergi melaut, mereka tetap perlu modal. Tidak hanya untuk membeli solar yang akan digunakan sebagai energi penggerak perahu, tetapi juga untuk bekal perjalanan lainnya.
Kendati tidak seluruhnya nelayan, namun sebagian besar para nasabah atau debitur UMi yang dilayani oleh Sri berasal dari latar belakang para pekerja yang menggantungkan penghidupannya dari hasil melaut. Hanya sebagian kecil yang berasal dari jenis usaha lainnya, seperti warung kecil/pedagang sembako.
“Nelayan setiap hari ke laut, cari ikan, cari kepiting, dijual lagi. Perlu modal, untuk beli makanan, solar, perahu. Saat ada dana UMi, mereka terbantu sekali,” kata ibu rumah tangga yang sehari-hari bekerja di tambak udang ini.
Sri menjelaskan, rata-rata nilai pinjaman yang diambil para nelayan tersebut mencapai Rp3 juta sampai Rp10 juta, untuk masa pinjaman 3 sampai 6 bulan. Kini setelah berjalan selama hampir 1,5 tahun, jumlah debitur UMi yang dilayaninya semakin berkembang.
“Syukurlah bisa berkembang. Nasabah sekarang sudah ada sekitar 100 orang. Banyak dari mereka yang usahanya berputar dan pinjamannya bisa memenuhi syarat untuk berkembang,” jelasnya.