***
Sejarah baru Golkar Banjarbaru kali ini relatif berbeda dengan yang terjadi sebelumnya. Selain dipimpin anak muda, anggota parlemen Banjarbaru dari Golkar kini juga diisi mereka yang segenerasi. Dari lima anggota parlemen dari Golkar, tiga di antaranya kini diisi anak-anak muda –dua melalui mekanisme PAW. Bahkan satu anak muda dari Golkar menjadi Wakil Ketua DPRD Banjarbaru menggantikan AR Iwansyah.
Fakta ini setidaknya mengisyaratkan beberapa hal. Pertama, melalui berbagai peristiwa, sebagian karena kondisi tertentu. Masa depan partai kini berada di tangan anak-anak muda yang secara kualitas dan pengalaman politik relatif masih wajib berproses. Paling tidak sama atau mendekati kualitas para senior mereka.
Karena dalam waktu yang relatif panjang, para senior mereka, baik di partai maupun parlemen Banjarbaru sudah banyak menorehkan jejak langkah yang relatif berpengaruh dan mewarnai peta politik Banjarbaru sejak kota itu terbentuk pada 20 April 1999.
Di masa AR Iwansyah menjadi Ketua DPD Partai Golkar Banjarbaru misalnya, ia cukup dominan mewarnai peta politik Banjarbaru. Kala itu, ia misalnya menjadi bagian triumvirat bersama Almarhum Ndjmi Adhani dan Darmawan Jaya Setiawan. Walau melalui berbagai drama politik, triumvirat itu kemudian menemukan dan harus menjalani jalan dan takdir yang berbeda-beda.
Golkar Banjarbaru juga selama bertahun-tahun mendominasi peta politik Banjarbaru. Baik semasa dipimpin Almarhum Arie Sophian dan AR Iwansyah, Golkar selalu menjadi pemenang Pileg di Banjarbaru. Pada Pileg 2019 Golkar meraih sebanyak 22.143 suara di atas Gerindra (20.147 suara) dan menempatkan lima wakilnya di parlemen. Namun karena suara Golkar tidak merata di semua Dapil, kursi yang diperoleh lebih sedikit dari Gerindra.
Pada Pileg 2014, Golkar menjadi pemenang. Golkar meraih 16,435 suara atau 16,32 persen, disusul PDI Perjuangan 15.334 suara atau 15,21 persen, dan Gerindra 13.633 suara atau 13,52 persen. Golkar yang meraih lima kursi berhak menjadi Ketua DPRD Kota Banjarbaru. Capaian ini juga terjadi pada Pileg tahun-tahun sebelumnya.
Di parlemen, Golkar Banjarbaru juga cukup mewarnai peta politik. Kader-kader seniornya cukup berhasil menjalankan tujuh fungsi partai politik. Fungsi artikulasi politik misalnya berlangsung cukup baik. Begitu juga dengan fungsi agregasi dan rekruitmen politik.
Kini, seperti musim yang terus berganti, satu-satu daun berguguran, tunas-tunas muda pun bertumbuhan. Zaman milenial dengan segala konsekuensinya pun terjadi. Perubahan besar di kota kecil seperti Banjarbaru pun berlangsung.
Yang jadi soal kemudian, anak-anak muda itu kini tak boleh berleha-leha. Mereka misalnya harus tetap menjalin komunikasi dan belajar banyak dari tokoh-tokoh Golkar di Banjarbaru dan Provinsi yang secara politik memiliki basis tradisional. Tantangan ke depan bagi politik juga partai kian berat. Jangan sampai waktu mengadili anak-anak muda itu.
Editor : Zepi Al Ayubi