Sumiran, 39 tahun, sudah menyukai elektronik sejak kecil. Hanya lulusan SMP, namun mampu menciptakan alat pendeteksi banjir multibahasa. Berikut ceritanya.
PELAIHARI, Poros Kalimantan – Modal Sumiran adalah kegigihan. Pria 39 tahun itu hanya pernah mengenyam bangku SMP. Namun alat ciptaannya patut diacungi jempol.
Belum lama tadi, Sumiran mewakili Tanah Laut dalam lomba Teknologi Tepat Guna (TTG) tingkat Provinsi Kalimantan Selatan. Ia menampilkan inovasi alat pendeteksi banjir empat bahasa. Bentuknya masih dalam prototipe, atau desain pertama.
Walau hanya bisa meraih juara harapan 2, semangat Sumiran tak surut. Warga Dusun Sungai Kembang, Desa Gunung Makmur, Kecamatan Takisung ini berjanji bakal terus berinovasi dengan barang ciptaannya.
“Namanya juga lomba, ya pasti ada kalah, ada menang,” ucapnya, Rabu (17/5/2023) siang, lebih seperti untuk dirinya sendiri.
Motivasi Sumiran menciptakan alat pendeteksi banjir itu muncul di tahun 2021. Saat itu, banjir besar melanda Tanah Laut. Bahkan mengakibatkan bendungan di Desa Benua Tengah jebol.
Berangkat dari peristiwa itu, Sumiran mencoba merangkai alat pendeteksi banjir 4 bahasa. Empat bahasa itu antara lain Indonesia, Inggris, Jawa dan bahasa Banjar.
Cara pengoperasiannya cukup mudah. Alat itu ditaruh di atas permukaan air, khususnya dengan ketinggian sekitar 1 meter lebih. Jika terjadi pergerakan air, maka akan ada bunyi alarm peringatan yang dibaca oleh sensor.