JAKARTA, Poros Kalimantan – Perilaku merokok di kalangan anak sudah jadi masalah global. Di Indonesia, prevalensi perokok anak menempati urutan kedua di dunia.
Para peneliti di Pusat Kajian Jaminan Sosial-Universitas Indonesia (PKJS-UI) menemukan berbagai macam survei global. Hasilnya, membuktikan Indonesia masuk peringkat dua prevalensi perokok anak terbanyak di dunia.
Berbagai survei di 2019 menemukan prevalensi perokok anak (13-15 tahun) di Indonesia berada di angka 19,2 setelah Timor Leste di angka 20,4.
“Perokok anak di Indonesia masih mendominasi dunia. Indonesia ada di peringkat kedua. Media-media asing bahkan menyebut Indonesia sebagai baby smoker country. Balita Indonesia saja telah merokok,” kata peneliti PKJS-UI Risky Kusuma Hartono, dikutip dari cnnindonesia.com, Sabtu (4/2).
Dalam studi PJKS-UI di 2021, prevalensi perokok anak yang tinggi ini dipengaruhi beberapa faktor. Antara lain, harga rokok murah, dorongan teman, serta kemudahan dalam memperoleh rokok.
Studi menemukan sebanyak 61 persen warung rokok berada di radius 100 m dari area sekolah. Anak pun mudah mendapatkan rokok dengan harga relatif murah di Rp1.000-Rp1.500.
Pada akhir 2022 lalu, pemerintah merilis Keppres yang melarang penjualan rokok batangan atau ketengan. Ketua PKJS-UI Aryana Satrya menyebut. Hal ini sedikit banyak bisa mengatasi salah satu tantangan dalam menurunkan jumlah perokok anak di Indonesia.