Di tengah invasi budaya ngopi, jamu tetap eksis. Seperti nama penjualnya: Lestari.
PELAIHARI, Poros Kalimantan – Di Kabupaten Tanah Laut, khususnya bagi ASN di Pelaihari, tak sulit menemukan Lestari. Ia adalah penjaja jamu keliling.
Di tengah menjamurnya kafe bak lumut, Lestari bertahan. Ia mengayuh sepedanya saban hari. Desa ke desa. Jalanan ke jalanan.
Ia mengaku sengaja memakai sepeda pancal. Alasannya, biar sehat dan hemat biaya. Dari jam 9 pagi berangkat, pulang jam 12 siang.
“Atau biasanya sampai nunggu jamu habis,” ucapnya.
Lestari adalah perantau asal Solo, Jawa Tengah. Ia sudah 11 tahun hijrah ke Kabupaten Tanah Laut. Kini menetap di Jalan Purnawirawan, Kelurahan Angsau.
“Di samping saya jualan jamu, suami juga jualan mie ayam,” katanya.
Ibu dua anak itu sudah punya langganan. Terutama para ASN. Setiap hari, ia mendatangi kantor demi kantor.
Jam 9 hingga 10 sudah sedia. Jauh sebelum itu, ia sudah bangun. Sebelum matahari melotot di langit. Sebelum azan subuh berkumandang.
Ia racik rempah-rempah. Jahe, kunyit, sirih, dan rempah lain akrab di hidungnya di jam-jam segitu. Perjuangannya membuahkan rezeki.