BANJARBARU, Poros Kalimantan – Prevalensi kasus stunting di Banjarbaru melonjak. Angkanya mencapai 22,1 persen.
Angka ini bisa dilihat di website Bappeda Banjarbaru. Padahal tahun 2021 silam, angkanya menyentuh 19 persen. Artinya naik 3,1 persen.
Berbeda dengan hasil data elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (e-PPGM). Tahun 2022 lalu, prevalensi stunting di Banjarbaru mencapai 13,62 persen.
Dibandingkan 2021 hanya mencapai angka 17 persen. Artinya menurun 4 persen.
Masrah, kader Posyandu Lavender di Landasan Ulin ini bilang, pemberian makanan tambahan (PMT) merupakan salah satu cara pihaknya menangani stunting.