“Adapun majelis yang beliau hadiri di Martapura diantaranya, majelis Guru Seman Mulia atau Guru Padang, Majelis Zaini bin Abdul Gani atau Guru Sekumpul, majelis Guru Badrudin, Guru Zainal Ilmi, Guru Husin Qodri dan Guru Ramli di Keraton.,” sebutnya.
Menurutnya, beliau adalah seorang pedagang dipasar Martapura. Sosok seorang ayah dan kakek yang betanggung jawab, teliti, disiplin dan sangat menghargai waktu.
Habib Ali diberikan berkah dengan dipanjangkan umurnya hingga 102 tahun, diberikan kesehatan, penglihatan yang tajam dan tidak pakai kacamata saat membaca Alquran.
Sebelum wafat, beliau tidak pernah keluar rumah, kecuali beli terpal dan tali yang nantinya digunakan untuk berteduh orang-orang yang menggali kuburnya.
Dua bulan sebelum wafat, beliau jatuh sakit. Anak-anaknya berupaya untuk mendatangkan dokter. Namun, ditolak oleh beliau dengan alasan sudah tua.
Beliau cuma berwasiat, dengan mengambil uang untuk diberikan kepada tukang gali kuburnya, uang tersebut diserahkan sebelum tukang gali melakukan pekerjaannya.
Cucu almarhum menceritakan, 3 hari sebelum wafat, beliau tidak bicara lagi. Meski bicara menggunakan bahasa arab dan minta dibelikan pakaian bersih dan rapi. Saat itu, Guru Zaini menjenguk beliau di dalam kamar dan tidak tahu apa yang dibicarakan.
“Ketika keluar kamar Guru Zaini berpesan kepada anak-anak agar Habib jangan ditinggalkan,” pesannya saat itu.
Almarhum meninggal dunia pada 1996 diusia ke-102 tahun, tepatnya malam Rabu pukul 02.00 Wita pertengahan bulan safar dan dihadapi oleh anak-anak dan istrinya.
Dipenghujung kegiatan haul disampaikan tausiah oleh Habib Ahmad Jamal Ba’agil asal Malang.
Dalam tausyiahnya Habib Jamal mengajak jemaah untuk bisa menjaga lisan, tidak menggibah dan mengadu domba orang lain. Gunakan lisan dengan baik seperti mengaji dan memberikan nasihat kepada orang lain.
Penulis : Mada Al Madani