Poros Kalimantan – Pelaihari.
BERANGKAT dari Lampung pada tanggal 21 Oktober 2022 lalu, awal perjalanan Lukman, Idris, Asi, Barli dan Riswan mengarungi laut dari Lampung menuju Maluku Utara berjalan lancar. Cuaca terasa bersahabat. Ombak terlihat tenang.
Kapal Bagang yang ditumpangi untuk menerjang gelombang pun sudah dipersiapkan sedemikian rupa. Mesinnya baru. Juga tak ketinggalan perlengkapan safety seperti pelampung.
Namun, saat memasuki perairan Tanjung Selatan, Kecamatan Panyipatan, Kabupaten Tanah Laut, Selasa (25/10/22) sekitar pukul 12.00 Wita, badai tiba-tiba datang dan menghantam kapal. Mesin kapal mati. Selang 15 menit, air laut mulai memenuhi bagian dalam kapal dan masuk ke ruangan mesin.
“Ketinggian gelombang yang menghantam sekitar lima meter. Pada serangan pertama itu, kapal masih bertahan, belum tenggelam. Tapi karena khawatir akan datang ombak susulan, kami memutuskan untuk membuat rakit dari bambu yang ada di kapal, tujuannya agar kalau terjun ke laut, kami tidak terpisah,” ujar Idris, sang nakhoda.
Seperti yang dikhawatirkan, 25 menit kemudian ombak yang lebih besar kembali menghantam kapal. Namun sebelum ikut tergulung ombak, Idris memerintahkan anak buah kapalnya untuk segera terjun ke laut bermodal rakit bambu yang sudah diolah.
Tapi tetap saja, rakit darurat itu tidak bertahan lama di tengah amukan ombak. Mereka akhirnya terpisah satu sama lain. Salah seorang ABK, Lukman, kemudian melihat mercusuar tidak jauh dari lokasi kapal tenggelam. Tidak pikir panjang, dia langsung berenang ke sana, dengan harapan teman-temannya yang lain juga melihat hal yang sama.