Lebih dari 18.000 jabatan publik, dari presiden hingga anggota dewan kota, diperebutkan dalam pemilu serentak kali ini.
Putra mantan diktator Ferdinand Marcos, Ferdinand “Bongbong” Marcos Junior, menjadi calon presiden favorit dalam pemilu kali ini untuk menggantikan Presiden Rodrigo Duterte.
Kelompok hak asasi manusia, pemimpin gereja Katolik, dan para penentang klan Marcos khawatir dengan pencalonan Marcos Junior sebagai presiden.
Para oposisi khawatir jika Marcos Junior menang ia akan memerintah seperti ayahnya yang bertangan besi.
Ribuan personel dari kepolisian, angkatan bersenjata dan penjaga pantai telah menyebar di seluruh Filipina untuk membantu mengamankan tempat pemungutan suara, mengawal proses pemilu, dan menjaga pos pemeriksaan.
Hingga Minggu, ada 16 “insiden terkait pemilu yang disahkan” sejak 9 Januari, termasuk empat penembakan dan “sedikit penahanan ilegal”, kata juru bicara polisi nasional Brigadir Jenderal Roderick Alba.
Itu disebut jauh lebih sedikit dibandingkan dengan 133 insiden selama pemilihan presiden 2016 dan 60 insiden dalam pemilihan paruh waktu 2019. []
Sumber: cnnindonesia/afp/bbs
Editor: Ananda Perdana Anwar