BANJARBARU, Poros Kalimantan – Kalimantan Selatan terkenal banyak mencetak tokoh agama. Seakan tiap waktu, tak pernah ada habisnya.
Hal ini juga tak lepas dari tempat pendidikan agama. Satu yang istimewa adalah pondok pesanten. Keberadaannya dan pengaruhnya memiliki tempat khusus di hati masyarakat Kalsel. Letaknya tak hanya di pedesaan, pusat perkotaan pun ada di sini.
Menelusuri jejak pondok- begitulah biasanya masyarakat banjar menyebutnya, bisa dimulai dari pusat pendidikan keislaman. Pusatnya kini ada di Martapura, Kabupaten Banjar. Satu pondok pesantren yang terkenal ialah Pesantren Darussalam. Pesantren ini sudah berusia lebih dari satu abad. Berdiri tanggal 14 Juli 1914. Didirikan oleh KH Jamaludin. Seorang yang juga tokoh agama kala itu.
Pesantren Darussalam memang salah satu yang tertua. Namun bukan yang paling tua. Menurut peneliti sejarah islam UIN Antasari, Humaidy “Ibnu Sami”, pondok tertua bisa dikatakan ada di daerah Dalam Pagar. Sebuah daerah di Kabupaten Banjar.
“Awal abad 19. Memang belum secara formal. Namun minimal syarat untuk dapat dikatakan pesantren ada di sana. Yakni ada santri, asrama, ada kyai, bahkan perpustakaan,” jelasnya
Pada awal abad-19, saat itu pula dakwah Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari atau Datu Kalampayan. Kegiatan pengajaran keagamaan pun meluas seiring waktu. Termasuk juga di wilayah yang kini dikenal dengan nama Dalam Pagar.
Dalam buku seri pertama Intelektual Pesantren: Potret Tokoh dan Cakrawala Pemikiran di Era Pertumbuhan Pesantren, Awalnya, lokasi Dalam Pagar berupa sebidang tanak kosong yang masih berupa hutan belukar pemberian penguasa Kesultanan Banjar saat itu.
Syekh Arsyad mengubah tanah tersebut menjadi sebuah perkampungan yang di dalamnya terdapat rumah, tempat pengajian, perpustakaan, dan asrama para santri.
Kemudian kampung yang baru dibuka tersebut kian didatangi oleh para santri dari berbagai pelosok daerah.
Yang nantinya akan dikenal dengan nama kampung Dalam Pagar. Di situlah diselenggarakan sebuah model pendidikan yang memadukan sarana dan prasarana belajar dalam satu tempat Mirip dengan model pesantren saat ini.
Gagasan Syekh Muhammad Arsyad ini merupakan model baru yang belum ada sebelumnya dalam sejarah Islam, khususnya pendidikan keislaman di Kalimantan saat itu.