Setelah lama mengembangkan peternakan lebah madu, Sabariah dan Aam mulai berpikir untuk melebarkan usaha. Baru pada tahun 2018 mereka mengakses pendanaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari BRI sebesar Rp250 juta.
“Untuk mengambil lahan di daerah Simalungun sampai 1 hektar. Untuk pengembangan lebah,” kata Sabariah.
Saat ini pun madu Flora Aek Nauli pasarnya kian luas. Pemasaran secara digital sudah dilakukan Sabariah. Kendati demikian, produk madu yang dia pasarkan masih di sekitar Pematang Siantar.
Pasalnya, pemasaran produk madu hasil peternakan sendiri dan dari peternakan masyarakat binaan. Peternakannya bisa memproduksi 500 kilogram madu per bulan. Sedangkan pasokan dari peternakan binaan Aam bisa mencapai 300 hingga 500 kilogram per bulan.
“Kalau paceklik di sini, kebutuhan bisa dipenuhi oleh peternak binaan. Sehingga pasokannya insyaAllah tidak pernah kosong,” ujarnya optimistis.
Untuk pengembangan usaha ke depan, Sabariah berharap BRI melakukan pemberdayaan secara berkesinambungan, terutama terkait pemasaran dan promosi. Dia pun memiliki mimpi, kelak ketika usahanya terus berkembang bisa membuat tujuan wisata edukasi di sekitar kediamannya.
Terkait dengan pemberdayaan UMKM, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengungkapkan, peningkatan kapabilitas pemberdayaan terus dilakukan terlebih pasca pandemi COVID-19.
Di sisi lain ujarnya, peningkatan kapabilitas pemberdayaan tak hanya sekadar akses pasar secara digital. Setidaknya ada tiga tahap yang harus diperhatikan, mulai dari literasi dasar yang di dalamnya mencakup inklusi keuangan dan manajemen keuangan dasar. Kedua adalah mendesain literasi bisnis.
“Dalam hal ini melalui peningkatan kapasitas manajerial, membangun legalitas atau kepatuhan, mengembangkan budaya inovasi, membentuk pemahaman industri dan pasar. Hingga membentuk kepemimpinan dan pola pikir jangka panjang untuk meningkatkan skala usaha. Ketiga adalah literasi digital kepada UMKM dengan tujuan go digital, go modern, dan go global,” pungkasnya.
Editor : Zepi Al Ayubi