Tarif angkot dari dulu begitu-begitu saja. Hanya bertambah sedikit, menyesuaikan naiknya harga minyak. Dari Martapura ke Banjarbaru, misalnya, Rp7 ribu saja.
Jurusannya ya begitu-begitu juga. Diantar Pasar Batuah, boleh. Sungai Tabuk, juga boleh. Tapi arah Liang Anggang ke Landasan Ulin (atau sebaliknya) sudah mati. Alias, tak ada penumpang lagi yang ingin memakai jasa angkot.
Jika misalnya sopir angkot berbaris dan disuruh berhitung, bakal diketahui jumlahnya adalah 50 orang. Ini sangat sedikit dibanding beberapa tahun silam yang diperkirakan ada 256 angkot.
Dari jumlah penumpang yang juga kian sedikit, tak salah mereka mengeluh dengan trayek bus masuk Martapura ini. Mereka berharap ada kebijakan yang lebih menguntungkan para sopir angkot.
Seorang sopir lain bernama Rahman nyeletuk: Lihat di terminal, banyak sekali pengangguran!
Dishub Banjar Bilang Tak Berpengaruh
Sebetulnya, Dinas Perhubungan (Dishub) Kalsel juga dalam situasi serba salah. Program Bus Rapid Transit (BRT) maupun program Buy Teh Service (BTS) minim untung.
Biaya operasional BTS saja mencapai Rp60 miliar, sementara pendapatannya cuma Rp5 miliar. BRT juga sama. Biaya operasional Rp3 miliar, untungnya cuma Rp300 juta.
Dishub menepis bila rencana trayek ini bikin sopir angkot tergusur. Lagian, kata mereka, pelayanan bus hanya sampai wilayah Sekumpul.
Tujuan diperluasnya rute ini lagian buat kemudahan masyarakat. Supaya, layanan angkutan umum lebih representatif. Begitu sederhananya, kata mereka.
Lebih akuratnya, mari bicara dengan Kepala Dishub Banjar I Gusti Nyoman Yudiana. Seperti diutarakan sebelumnya, trayek ini buat meningkatkan akses layanan publik.
Gusti mengaku sudah menyurati pihak Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) agar bus BTS dapat menjangkau hingga wilayah Martapura Kota.
“(Surat) masih menunggu persetujuan dari pihak balai transportasi darat. Kami minta dari terminal di Bundaran Banjarbaru ke arah Ponpes Darussalam,” ungkapnya.
Layanan BTS ini dipastikan tak bakal menjangkau sampai Kecamatan Simpang Empat. Lantaran jarak yang disepakati dengan perusahaan penyedia layanan BTS hanya berkisar 4 Kilometer.
“Berdasarkan hitungan, diperkirakan jumlah penumpang ke arah sana juga sedikit,” tuturnya.
Menurut Nyoman, rencana pemekaran layanan ini dipastikan tak akan berpengaruh terhadap angkutan umum lain.
“Kami bahkan sudah menyusun strategi agar angkutan lain seperti andes (angkutan desa) menjadi trayek pengumpan (feeder) penumpang ke lokasi BTS nanti,” jelasnya.
Nyoman berharap rencana pengembangan layanan BTS ini dapat berpengaruh positif terhadap layanan transportasi darat di Kabupaten Banjar, termasuk dalam penanganan inflasi di bidang transportasi.
Sejak diresmikan akhir Desember 2022 lalu, BTS sendiri sudah melayani sebagian wilayah di Banjar. Salah satunya Kecamatan Gambut.
Reporter : Andra
Editor : Musa Bastara