“Alhamdulillah, kalau seminggu bisa perbaiki 10 sampai 20 pasang sepatu, kalau sebulan ya hitung sendiri saja. Upahnya bermacam-macam. Tergantung tingkat kesulitan. Kadang kalau memang bahannya keras sekali kita bisa sampai berdarah,” ungkapnya.
Menjadi seorang ahli, bagi Madi, sudah melalui berbagai macam luka tusuk di tangannya. Baginya itulah sebuah risiko pada pekerjaan. Bahkan setiap jenis usaha pasti selalu risikonya.
Kini, ia seperti berkantor sendiri dengan 5 teman lainnya berjejer sama di sebuah tempat yang memang difungsikan sebagai jasa jahit sol sepatu. Sebelum 2 tahun belakangan ini. Para penjahit sepatu sempat berlokasi di seberamg Masjid Muhajirin Banjarbaru. Namun karena suatu dan lain hal terkait penataan kota, ia dengan 4 rekan lainnya berpindah ke tempat yang lebih nyaman dan mudah yang jaraknya pun tak terlalu jauh dari tempat awal:
Kini Amang Madi, sudah seperti berkantor sendiri. Berangkat pagi untuk membuka lapaknya. Tutup ketika hari sudah mulai senja. Hujan gerimis dan panas mewarnai hari, membasahi dan mengeringkan alas kaki. []
Penulis: Ananda Perdana Anwar