BANJARBARU, Poros Kalimantan – Minggu masih saja mendung. Namun hilir mudik orang berdatangan tak surut. Baik mereka yang datang untuk mengantar sepatu/sendal rusaknya, atau para pelanggan yang siap mengambil sepatunya yang telah diperbaiki. Meja Amang Madi (58) selalu penuh dengan sepatu-sepatu para pelanggan.
“Sehari itu, pasti ada aja yang ngantar. Paling banyak untuk pengerjaannya, sedari pagi sampai sore, itu ada 10 sepatu,” ujarnya seraya jari-jarinya memasukan jarum yang tebal untuk merapatkan sebuah sol yang terbuka.
Garis uratnya yang kuat seakan telah melawati lubang-lubang jarum berpuluh-puluh kali. Peralatan yang mumpuni dan tempat kerja pasti membuatnya tekun menjalani tak kurang dari 10 tahun.
“Begini lebih baik. Umur, kan semakin tua. Stamina juga menurun. Mencangkul (berkebun) atau betukangan (kerja bangunan) sudah tak sanggup lagi. Kita sudah bekerja dengan banyak pekerjaan. Ya serabutan lah, Nak,” paparnya.
Ia menunjukkan salah satu sepatu bermerek yang sedang ia jahit. Katanya, setiap sepatu atau sendal memiliki bahan yang berbeda-beda. Itu artinya jika terbuat dari karet tebal yang keras, memerlukan effort lebih untuk bisa menembus jarumnya. Banyak juga perlatan yang membantunya untuk sekadar menggabungkan bagian yang terpisah, menjahit badan sepatu dengan alas. Atau sekadar merekatkannya saja.
Di antaranya jarum, badik, benang dan banyak varian ukuran serta warna, berbagai alat potong, lem, perekat, dan bahan sambung atau bahan tambal berbagai jenis.