BATULICIN, Poros Kalimantan – Gelaran Pemilihan Kepala Daerah di Kalimantan Selatan tinggal menghitung bulan saja. Salah satunya di Kabupaten Tanah Bumbu. Dari empat bakal pasangan calon yang akan maju di Pilkada Tanbu, menariknya ada nama Syafruddin H Maming (SHM).
Cuncung, Bakal calon bupati Tanah Bumbu satu ini sampai rela meninggalkan kursi empuknya di Senayan, Gedung DPR RI Jakarta, demi membangun tanah kelahirannya. Lantas bagaimana perjalanan karirnya?
Sebelumnya pada 2019, Cuncung mewakili masyarakat di pesisir Banua Kalsel, untuk maju di Pemilihan Legislatif 2019 lalu.
Khusus di Tanah Bambu, eks anggota DPRD Kalsel dua periode ini, sukses meraup 35.011 suara masyarakat Bumi Bersujud.
Untuk lebih mengenal sosoknya, Poros Kalimantan mencoba menggali bagaimana sosok Syafruddin H Maming.
Bagaimana perjalanan dan prinsip hidupnya? Kehidupan keluarganya? juga perjuangannya hingga ia bisa menjadi salah satu tokoh yang dipercaya mengemban amanah masyarakat Kalsel.
Cuncung memang tak sepopuler adiknya, Mardani H Maming (MHM) Bupati Tanah Bumbu dua periode yang saat ini menjabat Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI).
Meski begitu, Cuncung juga memiliki sesuatu yang bisa dibilang mirip dengan apa yang dimiliki Mardani selama ini.
Belum lama tadi, sosok yang ramah dan murah senyum itu menerima kedatangan wartawan di sebuah ruangan minimalis berpendingin udara. Dua sofa ukuran sedang berwarna orange, satu sofa untuk istirahat dan dua kursi kecil berwarna coklat.
Di atas meja berwarna putih, ada beberapa makanan ringan dan air mineral yang memang disediakan untuk para tamu. Di salah satu sudut atas dinding ada tulisan arab beserta terjemahannya. Tulisan itu berbunyi: Segalanya ini adalah karunia Allah.
Hari itu, Cuncung mengenakan kaos putih polos non-branded dan celana bercorak militer.
Ia memang tak pernah menyukai barang-barang bermerk. Bapak tiga anak itu lebih suka mengenakan pakaian yang sederhana. Dan kesederhanaan itu terus melekat kepada dirinya sejak dahulu sampai sekarang.
Pria 43 tahun yang lahir di Pulau Burung, 6 Januari 1977, memang terlahir dari keluarga yang sangat dikenal di Batulicin.
Ayahnya, H Maming merupakan tokoh masyarakat yang dikenang karena kedermawanannya. Menurut Cuncung, ayahnya memang senang membantu orang lain yang sedang tertimpa kesulitan.
“Saya selalu ingat pesan beliau. Pertama, kalau punya uang, bantulah dengan harta. Kalau tidak, bantulah dengan tenaga. Lalu, kalau harta dan tenaga tidak punya, bantulah orang yang kesusahan dengan pemikiran,” ungkapnya sambil mengenang sosok sang Ayahanda.
Sebagai sosok ayah, kata Cuncung, H Maming merupakan sosok yang tegas, disiplin, dan tak pernah memanjakan anak-anaknya.
Sebagai contoh, meski menjadi anak seorang tokoh masyarakat di Batulicin, kehidupan Cuncung ternyata tak lurus-lurus amat.
Ia sempat menjadi buruh kayu selama dua tahun di dermaga Pasar Lama Batulicin. Pekerjaan itu ia tekuni sekira tahun 2000. Setelah usaha kayu macet pada 2004, ia masih terus mengembara mencari jati dirinya.
Tahun 2008, ia diajak sang adik, Mardani, untuk bergabung ke Partai Kebangkitan Bangsa yang saat itu masih diketuai oleh KH Abdurrahman Wahid.