“Pendanaannya kita gunakan crowd funding, bukan dari pemerintah tapi dari CSR, BUMN, BUMD, sponsorship, PKBL,” tuturnya.
Pendiri Urban Farming 1.000 Masjid Hadiyan Nur Sofyan menuturkan, gerakan tersebut telah dilaksanakan di beberapa masjid. Salah satunya Masjid Al-Idrisiyah di Kota Bandung. Masjid tersebut sudah bisa memenuhi kebutuhan masyarakat sekitarnya akan sayuran dan juga kebutuhan telur.
Ketua KPED Jabar Ipong Witono menyambut baik gerakan tersebut. Menurutnya, skala gerakan tersebut akan membesar seiring dengan keterlibatan banyak pihak. Ia pun berharap urban farming dapat menjadi kultur baru dalam ketahanan pangan masyarakat.
“Tidak hanya masjid, rumah ibadah lainpun semoga bisa melaksanakan kegiatan yang sama. Nanti akan kita laksanakan juga di sekolah dan pesantren. Saya percaya pemulihan ekonomi sekarang ini sangat tergantung pada peran aktif masyarakat,” kata Ipong.
“Salah satu hikmah COVID-19 adalah kemandirian warga di sektor pangan dengan menciptakan ketahanan pangan berbasis komunitas seperti urban farming ini,” tambahnya.
Sementara itu, penasehat KPED Jabar Sarwono Kusumaatmadja menilai urban farming memiliki potensi yang besar dalam menciptakan kemandirian pangan. Selain itu, urban farming dapat menjadi alternatif dalam menjaga ketahanan pangan pada masa depan.
“Pemerintah telah memiliki program untuk mengatasi krisis pangan dengan food estate, tapi tidak cukup hanya itu. Masyarakat banyak harus dilibatkan secara aktif. Masyarakat kita sudah memiliki tradisi berkebun, tinggal kita dorong sehingga bisa menjadi skala yang lebih besar lagi,” tutup Sarwono.
Penulis : RLS
Editor : Zepi Al Ayubi