Ia tak menolak jika Islam disebut mengenal jihad. Tapi bukan jihad yang menyakiti orang lain. “Jihad yang benar itu seperti jihad melawan kemiskinan dan kebodahan. Jangan malah menimbulkan kekacauan,” imbuhnya.
Teroris adalah musuh bersama. Pemahaman yang mereka sebarkan begitu merusak. Lalu, kenapa orang bisa begitu mudah terhasut? Humaidi coba menjawab pertanyaan itu.
Menurutnya, kelompok-kelompok radikal ini melakukan pendekatan persuasif untuk memberikan pemahaman menyimpang. Menggunakan berbagai media, termasuk media sosial. “Incaran mereka itu biasanya kepada anak muda 18 – 20 tahunan yang sedang labil,” katanya.
Bahkan mereka diiming-imingi surga. Asal mau melakukan tindakan yang diarahkan. Seperti melakukan aksi teror. “Itulah yang biasanya mereka serukan agar si objek mau bergabung dengan kelompok meraka,” tuturnya.
Karena itu, ia bepesan kepada para orang tua dan pendidik. Untuk lebih peka terhadap aktivitas dan cara pikir anak-anaknya. Sehingga terhindar dari pemahaman menyimpang.
“Orang tua juga harus selalu waspada kepada anak-anak yang sering memainkan gawai tanpa sepengetahuan kita,” pungkasnya.
Penulis: Muhammad Irsyad
Pemred/Redaktur: Fahriadi Nur