BANJARBARU, Poros Kalimantan – Tragedi Jumat Kelabu jadi salah satu peristiwa kelam di Orde Baru. Bahkan peristiwa berdarah di Banjarmasin ini membuat 199 orang dilaporkan hilang.
Lantas seberapa penting mengingat tragedi Jumat Kelabu bagi generasi muda? Sejarawan sekaligus akademisi UIN Antasari, Mursalin Arlong menilai sangat penting.
Menurutnya, melihat sejarah masa lalu dapat menjadi bahan untuk masa depan yang lebih baik.
Dari tragedi Jumat kelabu, masyarakat seharusnya belajar agar berdamai meski pilihan politik berbeda. Pakai cara humanis, jangan kekerasan.
“Pilihan boleh berbeda. Tapi jangan sampai mendegradasi nilai-nilai kemanusiaan. Karena soal pilihan politik ini sifatnya subjektif, tidak bisa disamakan,” katanya pada Poros Kalimantan.
Memasuki musim Pilkada, tragedi Jumat Kelabu ini dapat menjadi tolak ukur kejadian masa lalu. Mengingat kini efek-efek politik kian terasa jelang Pilkada serentak.
“Keberpihakan masyarakat, tokoh politik dan parpol tidak bisa dihindari. Namun, jika kita menyadari, pada dasarnya manusia adalah makhluk yang subjektif, berbeda latar belakang, motif, kepentingan, hingga selera. Perbedaan bukanlah sebuah masalah,” sambungnya.
Lantas, bagaimana upaya pencegahannya? Mursalin Arlong menekankan, upaya pencegahan dapat ditempuh dengan cara peningkatan literasi publik.