Reza menilai, buyback BBRI dapat menjadi penopang pertumbuhan perseroan ke depan. Karena pekerja biasanya akan lebih termotivasi apabila memiliki saham Perseroan.
“Ibaratnya, kondisi masih pandemi saja, mereka (BRI) bisa meningkat kinerjanya. Bagaimana kalau tidak pandemi, harusnya kinerja BRI bisa lebih tinggi lagi. Apalagi kalau kita percaya bahwa pemulihan ekonomi ini terus terjadi. Ini tentunya menjadi penopang pertumbuhan buat BBRI,” terangnya.
Untuk diketahui, kinerja BRI hingga semester I/2022 secara konsolidasian mencatatkan laba bersih Rp24,88 Triliun atau tumbuh 98,38 persen secara year on year (yoy). Adapun total aset meningkat 6,37 persen yoy menjadi Rp1.652,84 Triliun. Dari sisi pembiayaan, secara konsolidasian penyaluran kredit mencapai Rp1.104,79 Triliun atau tumbuh 8,75 persen yoy.
Untuk portofolio kredit UMKM BRI, sebagai bisnis inti perseroan tumbuh 9,81 persen dari Rp837,82 Triliun pada akhir Juni 2021, menjadi Rp 920 Triliun pada akhir Juni 2022. Hal ini menjadikan proporsi kredit UMKM menjadi sebesar 83,27 dari total portofolio penyaluran pembiayaan perseroan.
Pencapaian tersebut diiringi pula dengan manajemen risiko yang baik dengan rasio kredit bermasalah atau NPL secara konsolidasian terjaga di level 3,26 persen. Manajemen BRI pun menyiapkan pencadangan sebagai langkah antisipatif atas potensi pemburukan kredit dengan NPL coverage sebesar 266,26 persen.
Editor : Zepi Al Ayubi