RANTAU, Poros Kalimantan – Suhu di Samudera Pasifik terus mendingin. Dampaknya, akumulasi curah hujan di Indonesia meningkat 40 persen per bulan. Fenomena ini sebakan La Nina.
La Nina diambil dari bahasa Spanyol yang artinya “Gadis Kecil”. Awal tahun lalu Kalsel juga terkena dampaknya. Banjir.
Hanya sebagian kecil wilayah Kalsel yang terhindar dari amukan Si Gadis Kecil. Salah satunya adalah Kabupaten Tapin. Bendungan berkapasitas 56,7 juta meter kubik diklaim jadi juru selamat.
Bagaimana dengan akhir 2021 ini? Kabarnya adik dari El Nino itu mengamuk lagi di Pasifik. Lagi-lagi, sejumlah wilayah di Kalsel terkena dampaknya. Memang tak separah awal tahun tadi. Tapi tetap saja banjir.
Oktober lalu Kementerian PUPR memberikan instruksi khusus. Menurunkan volume air di 205 bendungan di Indonesia. Termasuk di Tapin. Volume airnya saat ini diturunkan 32 persen hingga tersisa 38,9 juta metrik kubik.
Tindakan ini diambil guna menjaga keamanan masyarakat di hilir bendungan. Juga, meningkatkan daya tampung bendungan saat La Nina.
Katup penghubung bendungan dan sungai Tapin dibuka Juli lalu hingga potensi La Nina mereda. Tentunya sambil menjaga keseimbangan debit air di waduk dan sungai demi menghindari luapan.
Bendungan dikeringkan sesuai dengan panduan manual operasional. Secara umum keamanan bendungan menjadi prioritas utama dalam pelaksanaannya.
“Pengaturan ini juga mempertimbangkan kondisi ketinggian air yang ada di hilir Bendungan Tapin,” Ujar Kepala Pengelola Bendungan Tapin, Amir.