Coba tanyakan saja pada warga kota Pelaihari. Dari sepuluh orang, pasti ada beberapa yang tahu dengan sosoknya. Ia sudah sering gonta-ganti tempat beroperasi.
Soal tarif, ia memukul rata serupa tambal ban lain. Rp10 ribu.
“Kalau hanya sebatas tambah angin, serelanya saja. Jika toh tak memberi juga tidak apa-apa, yang penting bisa kembali jalan,” ucapnya kepada Poros Kalimantan, Jum’at (27/1/23) kemarin.
Soal pendapatan memang tidak menentu. Tapi bila di hari-hari baik, pendapatan berkisar antara Rp50 sampai Rp100 ribu. Karena seringkali ada orang yang tak mau diberikan uang kembalian.
Tak hanya di tempat belaka. Terkadang ia juga melayani beberapa panggilan. Langganan biasanya sering meminta ia datang untuk mengatasi masalah.
“Tidak banyak, tapi sewaktu-waktu ada yang minta didatangi ke lokasi. Tapi dengan catatan, lokasi yang dituju tidak terlalu jauh dan mudah diakses,” ujarnya.
Pria yang juga akrab disapa Aban ini tinggal di Jalan Perintis 2, Kota Pelaihari. Ia sudah menggeluti usaha ini puluhan tahun.
Belakangan, ada orang berbaik hati memberangkatkannya umroh. Ia tak menolak. Hal ini dianggapnya berkah dari kerja kerasnya membantu sesama.
Tak mengenal fisiknya yang tidak sempurna. Selagi kesehatan tubuh belum dirampas, ia tetap menebar manfaat untuk orang lain.
Reporter : Tung
Editor : Musa Bastara