PELAIHARI, Poros Kalimantan – Hari kemerdekaan Indonesia ke 78 tahun menggugah kita menyelami sejarah dari sudut pandang teknologi. Yang tak bisa diabaikan salah satunya peran mesin tik yang dipakai Sayuti Melik dalam mengetik teks proklamasi.
Mesin tik yang digunakan saat itu bukanlah kepunyaan pribadi, melainkan dipinjam dari pihak lain. Mesin tik tersebut berasal dari produksi Jerman. Sebelumnya telah digunakan oleh perwira Nazi.
Awalnya, Presiden Soekarno menulis tangan teks proklamasi di sehelai kertas di 17 Agustus 1945, saat dini haru. Tugas mengetik teks yang bakal mengubah Indonesia ini kemudian diberikan kepada Sayuti Melik.
Teks diketik di kediaman Laksamana Tadashi Maeda, di mana mesin tik yang tersedia hanya memiliki huruf kanji (huruf Jepang), bukan huruf Latin. Namun, seorang Perwira Angkatan Laut Jerman Nazi bernama Mayor Kandelar, dengan murah hati meminjamkan mesin tik yang menggunakan huruf Latin.
Dalam suasana yang mendesak, Sayuti Melik didampingi Burhanuddin Muhammad Diah mengetikkan naskah proklamasi. Sayuti sempat merevisi beberapa kata saking tergesa-gesa.
Saat itu hari mendekati pagi. Sayuti yang harus mengetik cepat membuat hasilnya tak rapi. Sedikit miring. Meski tak sempurna, Sayuti tetap mengubah beberapa kata yang aslinya ditulis Soekarno.
Di antara perubahan tersebut adalah mengganti kata “tempoh” menjadi “tempo”, dan kalimat “wakil-wakil bangsa Indonesia” diubah menjadi “Atas nama Bangsa Indonesia”.