Rohayat, 29 tahun, melestarikan warisan kain sasirangan kepada masyarakat luas. Produk olahannya terbang pulau ke pulau.
PELAIHARI, Poros Kalimantan – Bagi Rohayat, 29 tahun, menggeluti pembuatan kain sasirangan gampang-gampang susah. Tetapi semuanya tergantung kemauan, sebagaimana kisahnya ini.
Pada tahun 2016, kemauan itu muncul. Gara-garanya sewaktu ia masih menjadi mahasiswa di Universitas Islam Antasari (UIN) Banjarmasin. Di sana ia berkenalan dengan Sulis, dan dari Sulis ia kemudian berkenalan dengan warisan budaya Kalimantan Selatan; sasirangan.
Semenjak itu ia rutin menghasilkan bermacam karya. Hasilnya positif, ia mampu menopang kehidupan perkuliahannya secara mandiri.
Ia hijrah ke Tanah Laut pada tahun 2021. Sepanjang penglihatan Rohayat, minat anak muda untuk melestarikan kain sasirangan masih begitu minim. Dari situlah muncul keinginan memperkenalkan warisan lokal ini ke panggung nan lebih luas.
Hasilnya tak mengecewakan. Rohayat turun naik panggung untuk memberikan seminar tentang pembuatan kain sasirangan. Pesertanya beragam. Dari generasi Z, instansi pemerintahan, organisasi perkuliahan, sampai ibu-ibu rumah tangga yang sekadar membunuh kebosanan.
Kelasnya tidak semata lokal saja. Beberapa kabupaten sebelah pernah memintanya untuk menjadi narasumber, sehingga Rohayat pun memiliki kru sendiri untuk membantunya.
Sebagai bukti produktivitas, sejumlah komoditas bernuansa kain sasirangan telah banyak ia hasilkan. Sebut saja misalnya baju kebaya, kaos, dan tas bermotif sasirangan.
Menurutnya, budaya boleh kuno, tapi tetap harus menyesuaikan zaman. Oleh karena itu, ia tak mau ketinggalan. Apa yang menjadi trend terkini ia ciptakan. Salah satunya, Kopiah Tuntung Pandang (Kondang). Kopiah ini telah menjadi khas daerah Tanah Laut.
Adapun pelestarian budaya ini bukan sekadar kerja individual. Rohayat tak mau egois. Ia pun merangkul beberapa sahabatnya untuk mengerjakan produk tersebut.
Di rumahnya yang terletak di Jalan A Yani, Dusun 1 RT 1, Desa Tampang, Kecamatan Pelaihari, telah banyak terpajang berbagai produk kain sasirangan.
Koleksi bila dijumlahkan sudah hampir 50 buah. Bukan hanya baju, namun juga beberapa produk lain berupa tas, sepatu, topi, maupun sajadah. Pada dindingnya, tergantung beberapa penghargaan yang berhasil ia sabet.
Di sela melihat koleksinya, Rohayat berbicara kepada penulis. “Yang ingin belajar kain sasirangan, bagi saya, tidak memandang status sosial. Sepanjang ia ada kemauan mengembangkan diri,” ucapnya, Sabtu (21/1/23).