Kemudian ia melanjutkan perjalanan ke langit-langit berikutnya. Saat hendak memasuki pintu langit, penjaga pintu bertanya hal yang sama kepada Malaikat Jibril seperti saat di langit pertama.
Nabi Muhammad SAW juga bertemu beberapa nabi di setiap lapisan langit. Para nabi menyambut dan mendoakan kebaikan untuknya.
Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Isa AS dan Nabi Yahya AS di langit kedua, Nabi Yusuf AS di langit ketiga, Nabi Idris AS di langit keempat, Nabi Harun AS di langit kelima, Nabi Musa AS di langit keenam, dan Nabi Ibrahim AS di langit ketujuh.
Setelah itu, Malaikat Jibril mengajaknya ke Sidratul Muntaha. Beliau diperlihatkan tanda-tanda kebesaran Allah SWT saat berada di sana. Allah SWT pun memberikan wahyu dan mewajibkan salat 50 kali dalam sehari semalam.
Kemudian beliau turun (dari langit ketujuh) dan bertemu dengan Nabi Musa AS. Nabi Musa AS menanyakan perihal perintah Allah SWT yang diberikan kepada beliau.
Mendengar Allah SWT mewajibkan salat 50 kali sehari semalam, Nabi Musa AS pun meminta Nabi Muhammad SAW untuk meminta keringanan kepada Allah SWT.
“Kembalilah menemui Tuhanmu dan mintalah keringanan kepada-Nya. Sebab, umatmu tidak akan mampu melakukan hal itu. Aku telah menguji bani Israil,” ucap Nabi Musa AS.
Ia menghadap Allah SWT dan memohon keringanan atas saran Nabi Musa AS. Allah SWT memberikan keringanan lima salat dan Rasulullah SAW terus mondar-mandir menemui Nabi Musa AS dan Allah SWT.
Hingga akhirnya Allah SWT memberi keringanan dengan mewajibkan salat 5 waktu dalam sehari semalam.
Selain menerima salat lima waktu, Rasulullah SAW dipersilahkan masuk surga. Hal ini diceritakan dalam riwayat Bukhari dalam Shahih-nya. Beliau SAW bersabda,
“Jibril membawaku ke (pohon) Sidratul Muntaha yang diselimuti oleh berbagai warna yang tidak dapat kukatakan warna apa itu. Kemudian aku dipersilakan masuk ke surga yang di dalamnya terdapat dinding-dinding dari mutiara dan tanahnya bubuk kesturi.”
Hadits tentang Isra Miraj tersebut dihimpun Ibnu Hajar Al-Asqalani dan Jalaluddin As-Suyuthi dalam kitab al-Isra’ wa al-Mi’raj yang diterjemahkan Arya Noor Amarsyah.
Reporter : Tung
Editör : Musa Bastara