Jika ada fasilitas yang hilang atau rusak kami hanya melaporkan kepada instansi terkait yang melakukan pinjam pakai untuk melakukan perbaikan, seperti DLH yang juga menyiapkan tendon include dengan fasilitas lainnya. Apabila ada kebocoran tendon mereka, akan kami laporkan untuk dilakukan perbaikan,” jawabnya.
Oleh karena itu, lanjut Azhar yang melatar belakangi kenapa sebagian tendon ada yang kosong. Mengingat, kalau pun dilakukan pengisian, apabila keran airnya bocor atau hilang akan sia-sia saja.
“Kalau terkait tendon yang berada di dalam kawasan pasar, memang tim kami tidak dapat melakukan pengisian. Karena mobil tangki yang melakukan pengisian, kesulitan menjangkau daerah tersebut seperti di dekat Kelurahan Murung Kerton.
Karena yang menentukan titik penempatannya 11 unit tendon dengan kapasitas 1.200 Liter tersebut, instansi yang melakukan pinjam pakai,” bebernya.
Adapun penyebab kotornya wastafel hingga hilangnya tempat sabun handsanitizer, dan keran air terlepas, Azhar pun menduga hal tersebut dilakukan oleh orang yang tak bertanggungjawab, selain faktor lainnya.
“Yang jelas tim kami selalu melaporkan terkait kondisi fasilitas tendon tersebut apabila terjadi kerusakan. Bahkan, ada juga oknum yang tak bertanggungjawab dengan sengaja membuka keran dan tidak menutupnya, sehingga tendon yang baru terisi air kembali kosong,” pungkasnya.
Sebagai upaya menanggulangi permasalahan tersebut, Azhar pun memastikan pihaknya akan kembali berkoordinasi dengan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Banjar sebagai penegak perda.
Penulis: Ari Sukma Setiawan
Redaktur: Ananda Perdana Anwar