BANJARBARU, Poros Kalimantan – Penampilan penari berbusana mini di Lapangan Murjani beberapa waktu silam menyita perhatian banyak pihak. Salah satunya budayawan Banjarbaru, HE Benyamine.
Pria yang akrab disapa Bang Ben itu menilai. Kalimat “tarian erotis” yang disebut beberapa pemberitaan cenderung berlebihan.
“Padahal kalau melihat di sana, itu kan dance competition,” ucapnya pada Poros Kalimantan, Jumat (10/2) siang.
Lantas, mengacu pada teguran keras Majelis Ulama Indonesia (MUI). Perbenturan wajar terjadi. “Jelas itu ranah mereka menyebut haram ataupun mengumbar aurat,” ujarnya.
Tapi, ia sendiri tak mau ambil pusing. Tarian kontemporer seperti ini, menurut dia, sudah biasa. Bahkan ditampilkan pada beberapa event di Kota Idaman.
Hanya saja, satu yang jadi persoalan. Slogan Banjarbaru Juara malah turut diseret pula dalam permasalahan ini.