Tradisi malam salikur adalah malam di mana budaya dan religi dihembuskan dalam satu tarikan napas. Lantas bagaimana sejarahnya?
BANJARBARU, Poros Kalimantan – Pada 10 hari terakhir bulan Ramadan, datang sebuah malam. Indonesia mengenalnya dengan malam selikuran (malam ke-21).
Dalam bahasa jawa disebut, malem selikur berasal dari kata malem yang artinya malam, dan selikur berarti dua puluh satu.
Tradisi malam selikur di Jawa diperkenalkan oleh Wali Sanga sebagai metode dakwah Islam yang disesuaikan dengan budaya Jawa.
Sama halnya dengan masyarakat jawa, orang Banjar pun mengenal apa itu malam selikur.
Dosen Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Mansyur menuturkan.
Orang Banjar ternyata mengenal malam selikur dari tradisi Jawa. Disebut malam salikur. Ialah malam yang dimanfaatkan masyarakat untuk memeriahkan malam dengan traksi bernafaskan Islam.