Menariknya, jalan Susyanti tempuh bagai cerita tak terduga. Atau bisa dibilang seperti kisah-kisah religi layar kaca. Justru semenjak kesulitan, ia malah sering bersedekah.
Tiga bulan lalu, Susyanti bersedekah nasi bungkus tiap hari Jum’at. Ternyata juga ia memiliki sakit maag dan perlu minum obat rutin. Bingung dengan kondisi dan situasi, dengan keteguhannya ia memutuskan bersedekah saja.
“Saya ikhtiarkan dengan bersedekah Saja. Alhamdulillah maagnya udah jarang kambuh,” senyumnya sumringah.
Bersama suaminya, Idris, yang kesehariannya berjualan mie ayam keliling, Susyanti merasakan kembali cahaya harapan.
Adanya wakaf telah menjamin dagangan sembakonya untuk kembali berkembang. Kini ia tinggal menunggu sang anak tertua menyandang gelar sarjana untuk melengkapi kebahagiaannya.
“Pas sekali kondisi yang oleng begini, bingung gimana menjalankan usaha di tengah pandemi. Alhamdulillah ada wakaf,” syukurnya. (why/and)