“Kelemahan dalam pertumbuhan dan investasi bisnis akan menyumbang pada kemunduran pendidikan, kesehatan, kemiskinan dan infrastruktur yang sudah parah, serta meningkatnya tuntutan perubahan iklim,” ujar Presiden Bank Dunia, David Malpass dalam sebuah pernyataan.
Bank Dunia mencatat, sebagian tekanan mulai mereda menjelang akhir tahun 2022 seiring dengan turunnya harga energi dan komoditas. Tetapi mereka memperingatkan, risiko gangguan pasokan baru masih tinggi, dan inflasi inti yang tinggi dapat tetap bertahan.
Hal ini dapat mendorong tanggapan bank sentral dengan menaikkan tingkat suku bunga lebih tinggi dibanding yang diperkirakan saat ini, dan memperburuk perlambatan ekonomi global.
Sebagai salah satu jalan keluar, Bank Dunia menyerukan peningkatan dukungan komunitas internasional untuk membantu negara-negara berpenghasilan rendah menghadapi guncangan pangan dan energi, orang-orang yang terlantar akibat konflik, dan meningkatnya risiko krisis utang.
Ditambahkan, saat ini diperlukan pembiayaan dan hibah konsesi baru, serta pemanfaatan modal swasta dan sumber daya domestik, untuk membantu meningkatkan investasi dalam adaptasi iklim, modal manusia, dan kesehatan.
Sumber: voaindonesia/cnnindonesia
Editor: Musa Bastara