Inovasi lain yang diapresiasi adalah digitalisasi business process BRI melalui BRISPOT. Kartika menjelaskan bahwa inisiatif ini menjadi solusi bagi BRI dalam menghadapi tantangan restrukturisasi kredit. Seperti diketahui, BRI menjadi bank dengan jumlah restrukturisasi kredit terbesar di masa pandemi ini sebesar Rp249,33 triliun.
“BRI harus merestrukturisasi rekening 3,3 juta rekening dengan nilai hampir Rp250 triliun dan BRI dapat melakukannya dengan BRISPOT. Semua ini dilakukan dengan menambahkan digitalisasi,” terangnya.
Senada, Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan bahwa digitalisasi memiliki implikasi terhadap penurunan operational cost and operation risk.
“Sebagai bank yang fokus di micro finance tantangannya ada dua. Satu adalah operational cost-nya tinggi dan operational risk nya tinggi. Juga cara menshoot trouble itu adalah dengan digitalisasi. Digitalisasi akan langsung menurunkan operational cost, maupun operational risk,” ungkapnya.
Sunarso membeberlan, BRI memiliki come up with hybrid bank concept, inilah strategi hybrid bank.
“Jadi digitalisasi kita siapkan dari sekarang untuk menjangkau masyarakat yang sekarang sudah digital dan juga untuk ke depan. Tetapi, kemudian masyarakat yang sekarang belum digital, tetap harus kita layani dengan konsep Hybrid Bank,” pungkasnya.
Editor : Zepi Al Ayubi