JAKARTA, Poros Kalimantan – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi La Nina bakal terjadi pada akhir 2021. Oleh karenanya masyarakat diperingatkan agar bersiap dan waspada menghadapi La Nina ini. Pasalnya La Nina mengancam ketahanan pangan Indonesia, terutama melalui sektor pertanian dan perikanan.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengungkapkan, ancaman ketahanan pangan itu terjadi karena La Nina berpotensi merusak tanaman akibat banjir, hama dan penyakit tanaman.
“Oleh karena itu, pemerintah harus memberi perhatian lebih pada dua sektor tersebut. Selain itu, La Nina mengurangi kualitas produk karena tingginya kadar air,” ujar Dwikorita dikutip dari Kompas.com.
Dwikorita menerangkan, pada sektor perikanan, pasokan ikan bakal akan berkurang drastis lantaran nelayan tak bisa melaut. Jikalau dipaksakan melaut pun, hasil tangkapannya tak akan maksimal karena tingginya gelombang.
“Alhasil nantinya, harga hasil laut di pasaran akan cenderung mahal,” terangnya.
La Nina merupakan fenomena mendinginnya Suhu Muka Laut (SML) di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur hingga melewati batas normalnya.
Kondisi tersebut memengaruhi sirkulasi udara global, yang mengakibatkan udara lembab mengalir lebih kuat dari Samudra Pasifik ke arah Indonesia
Akibatnya, di wilayah Indonesia banyak terbentuk awan dan kondisi ini diprediksi bisa meningkatkan curah hujan sebagian besar wilayah tanah air.