BANJARBARU, Poros Kalimantan – Masniah (46) membuka pintu kayu rumahnya dengan perlahan. Bunyi decit kayu membuatnya tertunduk. Tergopoh-gopoh ia mendatangi. Urat di sekitar matanya menjadi penanda kerja kerasnya di sepanjang umurnya untuk menghidupi keluarga. Meski tak lama lagi, ia mungkin akan kehilangan tempat tinggal dan kios sebagai satu-satunya usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Wacana pembongkaran hunian liar di sekitaran Jalan LIK Liang Anggang memang sudah lama tercium. Namun, seakan terburu-buru, pemerintah bergegas memberikan surat peringatan demi surat peringatan yang malah menimbulkan akan banyak masyarakat tergusur. Bahkan tak tanggung-tanggung, terancam homeless, tak lagi memiliki tempat tinggal. Sebagaimana yang dirasakan Masniah.
“Rasanya tak rela. Rumah yang sudah kami bangun ini akan dirusak, dibongkar, dihancurkan oleh pemerintah, apalagi pakai alat berat. Tapi bagaimana lagi, kami orang kecil, selalu terpinggirkan,” lirihnya menahan air yang hampir jatuh di pelipis mata sebelah kiri.
Ia dengan keluarga membangunnya dengan susah payah, tak kurang dari 2 tahun dengan alat seadanya, bahan ala kadarnya, akhirnya bisa melindungi dari hujan badai dan teriknya matahari dalam berkehidupan,
Rumah yang sekaligus menjadi warung alias kios ia berjualan menjadi peneduhnya bersama anak-anak dan suaminya yang bekerja berprofesi sebagai supir truk. Yang kelak akan lenyap, dalam beberapa waktu lagi.