oleh: Ananda Perdana Anwar
Saya tak tahu apakah masih ada yang mendengarkan Yngwie Malmsteen di tahun 2021 ini? Di antara mereka mungkin kalangan berumur yang mulai menarik diri di pojokan kamar, yang telah menghabiskan banyak waktu untuk menikmati sebatang tembakau.
Atau menyisakan sore dengan duduk di beranda taman rumah menikmati udara. Menunggu anak cucunya mem-Vidcall sekadar bertanya kabar.
Pertengahan 2001 saya memutar (bahkan membeli VCD bajakan) untuk tahu bagaimana Yngwie bermain. Ya emang gila, sih! Saya menerima info itu juga lantaran rekomendasi seorang teman yang baru mengulik melodi Separuh Nafasku – Dewa 19 sudah kegirangan setengah mati.
Yngwie seperti vampire yang menghabiskan kehidupannya 350 tahun untuk bermain gitar. Bahkan gitar adalah lengannya sendiri. Ia mandi, cebok, makan, dan beraktifitas manusiawi lainnya tak pernah lepas dari gitarnya. Wajar komposer yang menyebutnya dewa.
Melodi khas bergaya bertehnik ‘picking’ dalam setiap aksinya menimbulkan emosi para pendengar. Setiap ritme nadanya bisa meraih perasaan senang, berontak, amarah, bahkam kasih sayang.