Menurut dia, panti asuhan telah mengajarkan dirinya menjadi pribadi yang mandiri.
Sewaktu-waktu memang ia terbayang wajah kedua orang tuanya. “Tapi apa boleh buat. Kami tak ingin terlalu larut dalam kesedihan, meski kadang air mata menetes jua,” akunya.
Singkatnya, kebahagiaan bukan dicari, namun diciptakan. Lantas dengan menerima keadaan itu, ia bisa lebih semangat menjalani kehidupan.
Menempa Pola Pikir Mandiri dan Akhlakul Karimah
Pimpinan Panti Asuhan Tuntung Pandang, Sayyid Jafar Assegaf menjelaskan pola pendidikan yang diberikan kepada anak-anak binaannya.
Ternyata kegiatannya tak selalu menjurus pada majelis agama semata. “Seperti jika ada sedikit lahan kosong, maka akan kami fasilitasi untuk bertanam sayuran. Atau mungkin ada juga hobinya olahraga, kami sediakan,” ungkap Sayyid.
Kendati demikian, pendidikan agama tetap number one. Sebab, menurut dia, anak sedari dini sudah harus ditempa sifat akhlakul karimah. Tidak lupa ibadah salat 5 waktu, misalnya.
Buktinya dengan sejumlah pelajaran itu, panti asuhannya sudah mencetak sejumlah orang-orang muda sukses. Bahkan sudah mapan hidupnya dan berkeluarga.
Panti asuhan ini sendiri didirikan sejak tahun 1982. Kini, hanya dihuni 10 orang anak. Ada bermacam alasan mereka diserahkan ke panti asuhan ini, mulai dari orang tua yang telah tiada hingga faktor ekonomi.
Redaktur : Musa Bastara