Dua tahun belakangan mitigasi banjir di Tapin makin “canggih”. Skema yang ditawarkan, menarik; cukup menyakinkan. Mari kita uji.
Penulis: Sofyan
PROSEDUR bermula di Bendungan Tapin yang dikeringkan dari Juni sampai November. Aturannya sederhana. Mesti memperhatikan kapasitas sungai di hilir dam. Terutama saat ada ancaman banjir.
Kemudian, Desember hingga Mei 2023 yang katanya puncak musim hujan bendungan diisi kembali. Tujuannya, menahan air agar sungai di hilir tak meluap.
Jika menengok spesifikasinya, bendungan ini berkapasitas cukup besar. 56,7 juta meter kubik. Belakangan, Kementrian PUPR menginstruksikan untuk menurunkan level permukaan airnya.
“Saat ini bendungan menampung 30,9 juta meter kubik air. Artinya kita punya tampungan extra sebesar 25,6 juta,” imbuh Kepala Pengelola Bendungan Tapin, Amir, Sabtu (24/12/2022) lalu.
Jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya. Maka penurunan volume air bendungan lebih besar delapan juta meter kubik.
Saat itu air bendungan diturunkan 32 persen atau 17,8 juta meter kubik. Menyisakan 38,9 juta meter kubik air.
Di sisi lain, Pemkab Tapin juga melakukan upaya pencegahan banjir dengan cara lain. Lewat Badan Penangulangan Bencana (BPBD) dan Dinas Penataan Ruang (PUPR).
BPBD mendapat bagian melakukan pemetaan daerah rawan banjir. Hasilnya, 23 desa atau kelurahan di tujuh kecamatan berpotensi kebanjiran.
Mengacu data itu, merekan membangun posko siaga bencana. Mempersiapkan peralatan evakuasi dan dapur darurat menjelang musim hujan. Seperti biasanya.
Lalu apa tugas PUPR? Mereka kebagian tanggung jawab membenahi sungai. Setidaknya ada 35 proyek normalisasi ada 2022.
Angka itu jelas lebih banyak dibanding 2021 lalu. Di mana mereka hanya menjalankan empat proyek normalisasi.
Program normalisasi itu dilaksanakan di titik rawan banjir. Seperti di Kecamatan Candi Laras Utara, Candi Laras Selatan, Tapin Utara, Lokpaikat dan Binuang.
Untuk program ini, PUPR setidaknya menggelontorkan anggatan Rp18 miliar. Cukup besar. 25 persen dari dana yang tersedia di bidang sumber daya air (SDA).
“Kami melakukan pendalaman, mengangkat endapan lumpur, gulma dan sampah. Jika memungkinkan juga dilakukan pelebaran sungai,” jelasnya Kepala Bidang SDA PUPR Tapin, Mulkan Adli.
Dari catatan Poros Kalimantam. Meski dalam skala yang lebih besar, konsepnya antisipasi banjir hanya mengulang strategi tahun lalu. Pertanyaannya; apakah berhasil?
Jawabannya; mari kita tengok bencana banjir 2021 lalu. Tapin memang relatif aman. Hanya sebagian wilayah yang tenggelam. Contohnya Kelurahan Raya Belanti.
Ketinggian air waktu itu mencapai 1,5 meter. Membuat sebagian warga terpaksan mengungsi. 1.492 jiwa harus menerima dampak banjir kala itu.
Hal yang sama juga terjadi pada awal 2022. Lahan pertanian, jalan umum hingga beberapa rumah warga di Tapin kembali direndam air.
Dinas pertanian mencatat, di Kecamatan Binuang 270 hektare sawah tenggelam. Juga 30 hektare di Tapin Selatan. Imbasnya tapin terancam gagal panen.
Berhasil atau tidak, yang pasti akhir tahun tadi BNPB menyatakan Kalsel kembali berpotensi mengalami cuaca ekstrim. Tapin nyatanya relatif aman.