PALANGKARAYA, Poros Kalimantan – Aksi demo ratusan warg terkait sengketa dan konflik lahan sawit berakhir rusuh.
Kerusuhan ini terjadi di kawasan PT Hamparan Mas Sawit Bangun Persada (HMBP) di Desa Bangkal, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah, Sabtu (7/10/2023).
Ketua Pelaksana Harian Wilayah Aliansi Masyarakat Adat Nasional (AMAN) Kalteng, Ferdi Kurnianto menyebut, tiga anggota dari Pasukan Tariu Borneo Bangkule Rajakng dilaporkan terkena tembakan aparat. Salah satunya meregang nyawa.
Ferdi menyebut, kericuhan memanas usai massa aksi mencoba pindah untuk menduduki lahan di titik lokasi lain. Diketahui warga sudah menduduki lokasi kericuhan sejak 4 Oktober 2023.
“Awalnya mereka (warga) itu ingin bergeser dari lokasi pertama ke lokasi (lain) yang ingin diduduki. Pada saat mereka bergeser itulah yang kemudian muncul tindakan represif itu,” kata dia.
Ia membantah, kalau warga melakukan perlawanan terhadap petugas. Justru, kata dia, polisi tiba-tiba mengeluarkan instruksi melakukan penembakan.
Polisi: Tidak Ada Pakai Peluru Tajam
Kabid Humas Kalteng, Kombes Pol Erlan Munaji membantah adanya instruksi penembakan. Begitu pula arahan menembak dan menyasar kepala pendemo seperti video yang viral di media sosial.
“Terkait intruksi itu menurut kami tidak benar,” ucapnya.
Selain itu, dirinya juga membantah jika ada pihak kepolisian menggunakan peluru tajam.
“Tadi (kemarin) para danton melaporkan bahwa saat melakukan apel pagi itu dilakukan pengecekkan tidak ada yang menggunakan peluru tajam, hanya gas air mata, peluru hampa dan peluru karet dan itu ada tahapannya,” ujarnya
Di samping itu, ia mengungkapkan, jika kepolisian telah mengamankan 20 orang yang terlibat dalam ricuh demo tersebut.
“Kami memeriksa 20 orang yang dianggap penyebab ricuh, 5 orang di antaranya positif narkoba dan juga terdapat membawa senjata senpi,” tambahnya.
Erlan menjelaskan, massa yang datang melakukan demo menuntut plasa sawit sebesar 20 persen untuk warga sekitar perusahaan.
“Setelah adanya pertemuan, pihak perusahaan tak menyetujui permintaan masyarakat dan akhirnya bentrokan pecah,” jelasnya.
Pasalnya, warga Desa Bangkal melakukan pendudukan lahan yang bersengketa seluas 1.175 hektare di luar HGU. Hanya diberikan 445 hektare oleh perusahaan.
“Saat demo berlangsung anggota kami hendak membubarkan massa menggunakan gas air mata,” pungkasnya.
Editör : Musa Bastara