BANJARBARU, Poros Kalimantan – Kisah cinta pangeran buruk rupa dengan gadis cantik menyentak kenangan tersendiri bagi kita. Kisah anak-anak tahun 1740 yang diterbitkan pertama kali di Prancis dengan judul La Belle et la Bete itu memiliki akhir bahagia.
Ternyata dari dongeng tersebut terselip kisah nyata yang cukup tragis. Terinspirasi oleh kehidupan memilukan pria liar yang disebut “Petrus Gonsalvus” dan pernikahannya dengan seorang wanita muda cantik bernama Catherine.
Berikut ceritanya dikutip dari situs Ancient Origins, Sabtu (21/1/2023).
Lahir di Tenerife pada tahun 1537, Pedro González menderita kondisi yang tidak diketahui. Kini sintom ini dikenal sebagai hipertrikosis, atau Sindrom Werewolf. Akibatnya, wajah dan tubuh Pedro ditutupi rambut berlebih.
Di istana Henry, Pedro dipandang sebagai keingintahuan yang eksotis, seperti kurcaci, raksasa, dan pelawak . Kendati demikian, setelah mengenali kecerdasannya, Raja Henry memutuskan untuk mengganti namanya itu menjadi Petrus Gonsalvus dan memberinya pendidikan. Seiring waktu, dia belajar tiga bahasa, serta detail etiket pengadilan.
Meskipun hanya ada sedikit bukti arsip tentang hidupnya, pada tahun 2021 Revista de Historia Canaria mengungkapkan jika dokumen yang baru ditemukan menyebut Petrus Gonsalvus sebenarnya berhasil membaur ke dalam kehidupan istana.
Saat mencapai usia dua puluhan, dia telah menjadi pelayan di meja kerajaan. Dia kemudian belajar hukum, menjadi pendongeng bagi Charles IX muda, dan pada tahun 1582 dia bahkan mengajar hukum di Universitas Sorbonne.
Pada tahun 1570, Pedro menikah dengan Catherine Raffelin, putri cantik seorang pedagang Perancis. Sebelum pernikahan, ratu gagal memperingatkan si gadis tentang penampilan calon suaminya. Tetapi siapa sangka, pernikahan itu bertahan panjang. Empat dari tujuh anak mereka lahir dengan gejala yang sama.
Hingga akhir hayatnya, Pedro tetap dipandang sebagai suatu keanehan. Keluarga kecilnya mengakhiri hari-hari mereka kemudian di Italia.
Editor : Musa Bastara