Bubungan Tinggi, Gajah Baliku. Dihiasi kaligrafi. Lantai ulin yang kokoh. Nuansa jaman dahulu.
MARTAPURA, Poros Kalimantan – Udara yang panas. Matahari yang menyengat. Kami beristirahat, untuk melepas penat pada sebuah rumah adat. Adalah Rumah Adat Banjar yang terletak di Desa Teluk Selong, Kabupaten Banjar.
Kami melepas sepatu di pelataran yang sangat ikonik. Rumah yang seringkali dikunjungi dan menjadi latar belakang sejumlah foto-foto wisata.
Sedikit berjinjit menaiki lantainya yang bersih dengan niat tak mengganggu penghuninya. Meski kemarau, rumah yang umurnya lebih dari 200 tahun ini sangat terawat. Pun karena kami berkunjung saat musim panas, bagian bawah rumah yang bisa digenangi air dari aliran sawah tampak kering, tampk tanah yang pecah-pecah.
Tak berapa lama, Nini Fauziah (63) keluar dari dalam rumah bagian dapur untuk mempersilakan kami masuk. Meski renta, wajah ramahnya tak terbendung. Ia sangat senang ada orang-orang datang berkunjung untuk sekadar melihat-lihat rumahnya saja. Atau sekadar berfoto dan bertanya-tanya.
“Duduk dulu, handak melihat ke dapur dan ranjang kerajaan Banjar ada di dalam,” dengan ramah Nini Fauziah menjelaskan berbagai sejarah, kisah, dab keinginan-keinginan kami.
Pertama masuk ke bagian tengahnya, angin sepoi langsung terasa dan menyejukkan suasana panas di tengah siang. Jendela dari kayu yang simetris mengantarkan cahaya yang seimbang masuk di tiap ruang rumah.

Interior rumah adat Banjar ini masih asli. Termausk ukiran kaligrafi yang ada di tengah ruang. Dalam hal ini, Provinsi Kalimantan Selatan mempunyai tanggungjawab untuk juga andil dalampemeliharaan.
Tentu saja sebagai cagar budaya dan aset wisata daerah tanpa pengambilalihan hak milik. Artinya, secara kepemilikan Rumah Adat Banjar Teluk Selong masih dimiliki Nini Fauziah sebagai keturunan dari H.M. Arif dan Hj. Patimah. Sepasang pasutri yang membangun rumah Bubungan Tinggi tersebut di tahun 1867. Mereka merupakan saudagar batu permata di era itu.
Kami berjalan melihat lagi tiap ruangnya. Terdiri 4 ruang utama. Pertama pelataran atau serambi terbuka berdinding kayu. Kedua, ruang tamu yang cukup luas dengan etalase produk-produk UMKM dan dipenuhi foto-foto para alim ulama.