“Banyak orang tuanya yang bekerja serabutan seperti tukang dan buruh. Dari segi pendidikan juga seperti SD dan SMP. Si anak juga disertai penyakit penyerta yang memperparah gizi buruknya,” jelasnya.
Ia menambahkan. Gizi buruk terjadi akibat adanya penyakit penyerta. Seperti retardasi mental dan cerebral palsy serta jantung.
Kembali ke Liang Anggang. Di sini setidaknya ada 4.272 balita. Dari angka tersebut, banyak yang berpotensi mengalami gizi buruk. Lantas apa pangkas Dinkes?
Juhai mengaku, pihaknya intens memberikan edukasi gizi kepada masyarakat. Selain itu, mereka juga menjalankan program pemberian makanan tambahan (PMT) untuk pemulihan.
“Ada 17 anak yang sembuh dari kasus tiga tahun belakangan,” tandasnya.
Reporter: Putri Nadya Oktariani
Pemred/Editor: Fahriadi Nur