“Dengan adanya digitalisasi pembayaran diharapkan sektor pariwisata di Kalimantan Selatan dapat perlahan bangkit dan berkembang kembali di era new normal ini,” ujarnya.
Pasar Terapung Lok Baintan adalah salah satu objek wisata yang unik dan hanya dapat ditemukan di Provinsi Kalsel.
Di mana seluruh kegiatan perdagangan atau jual beli dilakukan secara ‘terapung’ menggunakan perahu dan di atas permukaan sungai. Keunikan ini lah yang menarik para wisatawan baik domestik ataupun asing.
Pada launching atau peresmian ini, tercatat ada 150 orang pedagang Pasar Terapung Lok Baintan yang ke depannya bisa melakukan transaksi dengan menggunakan QRIS atau Quick Response Code Indonesian Standard.
QRIS dikembangkan oleh industri sistem pembayaran bersama para Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) dengan Bank Indonesia untuk memudahkan transaksi keuangan. Dengan adanya QRIS, transaksi ekonomi atau keuangan dapat dilakukan dengan mudah dan instan.
Transaksi pembayaran tidak lagi memerlukan uang cash dan hanya perlu melakukan scan pada QR code yang dimiliki pedagang atau merchant.
Selain mengikuti dan menerapkan perkembangan teknologi, transaksi ini juga dilakukan tanpa perlu melakukan kontak langsung atau contactless, yang sejalan dan turut mendukung protokol kesehatan di era pandemi ini.
“Tentu ini juga salah satu instrument dari sistem pembayaran yang mendukung kegiatan pariwisata di tengah pandemi covid yang masih berlangsung. Dimana transaksi tidak perlu bertatap muka, tidak perlu memegang uang tunai, cukup scan dan transaksi bisa berlangsung,” ucap Amanlison.
Amanlison juga menunjukkan, terdapat 71.774 merchant yang sudah menggunakan QRIS di Kalimantan Selatan, di mana target nasionalnya sendiri adalah 12 juta merchant.
Penargetan ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan akan meningkat sekitar 4,3 sampai 5,3 % di tahun 2021. []
Penulis: Wahyu Aji Saputra
Redaktur: Ananda Perdana Anwar